Massa Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI) menggelar aksi unjuk rasa di Bundaran Hotel Indonesia (HI) menyikapi setahun pemerintahan SBY-Boediono. Hujan yang mengguyur tak menyurutkan niat mereka untuk mengkritik rezim SBY-Boediono. Massa pun meneriakkan yel-yel perjuangan dan membawa sejumlah spanduk, di antaranya bertuliskan ‘Rezim SBY Neolib’ dan ‘Rezim SBY Jualan TKI’.
Selain itu, massa juga membawa boneka kepala babi bertuliskan ‘Rezim Bandit Cukong’ di atas mobil carry pick up berwarna hitam. “SBY-Boediono antek neolib, rakyat bersatu tak bisa dikalahkan,” demikian teriak para demonstran.
Koordinator aksi, Hamid menyatakan pemerintahan SBY-Boediono lebih sibuk dengan pencitraan ketimbang menjalankan program-program pembangunan. Di bidang perburuhan, rezim SBY-Boediono juga dinilai sengaja melestarikan aksi PHK massal, outsourcing, dan penjualan manusia.
“Pemerintah tidak layak dipertahankan, harus berhenti dan turun. Rezim SBY antek neolib,” tukasnya.
Ada berbagai sudut pandang yang berkembang tentang pemahaman Neolib atau Neoliberalisme. Apapun perbedaan tersebut, nampaknya semua bersepakat bahwa Neoliberalisme tetap merujuk pada konsepsi dasar tentang liberalisme yang berpegang teguh pada prinsip-prinsip utama pasar bebas dan perdagangan bebas. Proses globalisasi mendorong terjadinya proses metamorphosis dari Liberalisme menjadi Neoliberalisme yang berambisi untuk merobohkan semua batasan yang menghambat keniscayaan terjadinya perdangan internasional dan investasi agar semua negara bisa mendapatkan keuntungan dari meningkatkan standar hidup dengan meningkatkan arus perdagangan dan investasi.
Konsepsi ini menyebabkan penuh kompetisi yang tidak setara dan tidak seimbang. Jurang sosial dan perbedaan tingkat ekonomi yang terjadi sehingga menghadirkan ekspoitasi antar manusia dan antar bangsa (menurut itempoeti.com).
Sumber : okezone/lh3