Migrasi penganut Kristen dari Timur Tengah akan memiskinkan budaya Arab, dan Muslim bertugas untuk menyemangati keberadaan minoritas Kristen, kata seorang penasihat Lebanon dalam pertemuan di Vatikan, Kamis.
Mohammad Sammak, seorang Muslim Sunni, yang menjadi Sekretaris Jenderal Komite Dialog Kristen-Muslim Lebanon, mengatakan dalam muktamar gereja di hadapan para uskup mengenai menurunnya angka penganut Kristen di kawasan yang menjadi perhatian seluruh Muslim. "Migrasi warga Kristen merupakan pemiskinan identitas, budaya, dan keaslian Arab," kata Sammak, yang menjadi penasihat untuk Perdana Menteri Saad Hariri. Ia menambahkan bahwa mempertahankan kehadiran Kristen di Timur Tengah menjadi kewajiban Islam yang umum.
Pertemuan dua minggu itu berisi perdebatan untuk melindungi komunitas minoritas di Timur Tengah dan mempromosikan harmonisme dengan agama lain. Kristen merupakan 20 persen dari populasi di kawasan tersebut seabad lalu dan sekarang hanya lima persen.
Ayatollah Seyed Mostafa Mohaghegh Damad Ahmadabadi, seorang dosen hukum Syiah dari Iran, mengakui perlunya untuk melindungi komunitas minoritas dalam pidato di acara tersebut. "Stabilitas dunia bergantung pada stabilitas dari kehidupan kelompok dan masyarakat kecil maupun besar," kata Damad.
"Stabilitas seperti itu hanya bisa dicapai ketika semua dapat hidup tanpa ketakutan dan ancaman dari orang lain. Ini merupakan tugas kita untuk mencapai kondisi tersebut," tambahnya.
Kedua pakar muslim tersebut, yang sebelumnya berbicara dalam konferensi pers bersama di Roma, menekankan bahwa radikalisasi bukan hanya masalah Islam. "Telah terjadi peningkatan fundamentalisme di dalam Israel, dan dalam Kristen dan pergerakan kaum Zion di Amerika Serikat, dan juga ada peningkatan fundamentalisme Islam," ujar Sammak. "Itu merupakan fenomena negatif, dan tidak hanya orang Kristen yang menderita sebagai akibatnya," tambahnya.