Perselingkuhan memang menjadi bahan yang selalu menarik untuk diperbincangkan karena perselingkuhan tidak hanya didominasi oleh kaum pria tapi juga wanita dari segala lapisan dan golongan, bahkan tidak memandang usia.
Fenomena ini sebenarnya tidak hanya terjadi di kota-kota besar tapi juga di kota-kota kecil maupun daerah terpencil. Berita-berita perselingkuhan memang lebih banyak disorot di kota besar karena segala sesuatu lebih transparan termasuk dalam hal batasan dan norma-norma. Di kota besar segala seuatu bersifat relatif; artinya segala sesutau tidak dapat dinilai dari satu sudut pandang saja.
Setiap orang yang menikah pasti mendambakan dan mencita-citakan kehidupan pernikahan yang harmonis. Namun bagaimana pun juga, pernikahan pada dasarnya terdiri dari dua orang yang mempunyai kepribadian, sifat dan karakter, latar belakang keluarga dan masalah yang berbeda satu sama lain. Semua itu sudah ada jauh sebelum keduanya memutuskan untuk menikah. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika kehidupan pernikahan pada kenyataannya tidak seindah dan seromantis harapan pasangan tersebut. Persoalan demi persoalan yang dihadapi setiap hari, belum lagi ditambah dengan keunikan masing-masing individu, sering menjadikan kehidupan perkawinan menjadi sulit dan hambar. Jika sudah demikian, maka kondisi itu semakin membuka peluang bagi timbulnya perselingkuhan di antara mereka.
Debbie Layton-Tholl, seorang psikolog, pada tahun 1998 meneliti alasan-alasan terjadinya perselingkuhan di antara pasangan setelah sekian lama menikah. Menurut Debbie, biasanya orang memakai alasan mengapa dirinya berselingkuh adalah karena :
Apapun alasannya, Firman Tuhan dengan jelas mengatakan bahwa pernikahan adalah sesuatu yang kudus dan berasal dari Tuhan. Apa yang sudah disatukan Allah tidak dapat diceraikan manusia. Dengan kata lain, tidak ada alasan apapun yang bisa membenarkan alasan Anda untuk berselingkuh apapun kondisi yang Anda hadapi.
Sumber : solusisehat