Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya.Kata-Nya kepada mereka: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.
~ Lukas 12:1-2
Dua belas tahun lalu, ayat ini membakar hati Gordon Robertson. Saat itu ia dan keluarganya sedang bersiap naik pesawat yang akan membawa mereka ke Filipina. Ia keluar dari pekerjaannya sebagai pengacara dan menjalani proses sebagai seorang misionaris.
”Saya tidak tahu berapa kali telah membaca ayat-ayat itu – mungkin lusinan kali – tapi kali ini berbeda, dan saya merasa Tuhan ingin belajar lebih lagi.”
Pada minggu yang sama, seorang temannya Harald Bredesen mengunjunginya dan mengajaknya berjalan-jalan bersama. Gordon menceritakan pada Harald bagaimana Tuhan membimbingnya untuk pergi ke Filipina.
“Gordon, kamu perlu melihat bahasa Yunani-nya. Dari pada “dikirim pergi” kata itu lebih tepat diterjemahkan sebagai “di dorong keluar.”
Kemudian Gordon mempelajar ayat tersebut dalam bahasa Yunani. Ketika Yesus mengutus ketujuh puluh muridnya, kata “dikirim keluar” menggunakan kata apastello. Namun di ayat kedua, Yesus menggunakan kata akballo. Dua kata ini memiliki makna yang jauh berbeda. Apastello dapat diartikan sebagai : duta besar, menugaskan, orang yang membawa beban penuh dan kewenangan serta kekuasaan raja.
Tapi ekballo artinya dalah “mengusir, atau mendorong keluar.” Ketika Yesus mengusir setan, Dia menggunakan kata ekballo. Dan dalam kalimat “supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu”, Tuhan Yesus menggunakan kata yang sama “ekballo.”
Jadi Yesus meminta agar murid-muridnya berdoa agar Tuhan mengusir, mendorong dan memaksa para pekerja untuk melakukan penuaian.
Mendapati kebenaran ini, Gordon bertanya pada dirinya sendiri: Bagaimana ini terjadi dalam sejarah? Jika orang tidak mau pergi memanen, apakah mereka perlu di dorong?
“Saya perlu mempelajari lebih lanjut kitab Kisah Para Rasul. Anda mungkin berpikir akan mudah bagi Yesus untuk mendorong gereja mula-mula untuk memenuhi panggilan mereka, karena hal ini adalah sesuatu yang baru bagi mereka. Namun hingga pasal ke tujuh, para murid tidak meninggalkan Yerusalem. Mereka tidak pergi ke Yudea, Samaria apalagi hingga ke ujung bumi. Bahkan setelah menerima babtisan Roh Kudus, para murid tetap bertahan di Yerusalem.”
Lalu apa yang terjadi? Akhirnya para murid dipaksa keluar. Pada pasal 8 dituliskan, “Pada waktu itu mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem. Mereka semua, kecuali rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria.”
Pada Kisah Para Rasul 8:4 ada sebuah kalimat menarik yang perlu di perhatikan:
“Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil.”
Yesus sangat mengenal kita, Dia tahu keinginan kita untuk tinggal di rumah – seperti orang-orang percaya pada Kisah Para Rasul yang ingin tetap tinggal di Yerusalem. Mereka ingin mendengarkan Yakobus mengajar, Petrus dan Yohanes berkotbah, atau melihat Petrus berjalan-jalan dan bayangannya menyembuhkan orang sakit. Jika bisa menyaksikan semua itu, mengapa harus pergi hingga ke ujung bumi?
Jadi bagaimana Tuhan mengirim pekerja-Nya untuk memanen tuaian di ladang-Nya? Dia memaksa kita untuk pergi. Penganiayaan muncul. Murid-murid tersebar. Kemudian, seperti yang dikatakan dalam Kisah Para Rasul, mereka yang tersebar itu memberitakan Injil kemanapun mereka pergi.
Tuhan memanggil Anda saat ini. Dia adalah Tuan yang memanggil pekerja-pekerja-Nya untuk menuai di ladang-Nya. Dengarlah panggilan-Nya, jika tidak, jangan salahkan Tuhan jika Ia memaksa Anda dengan cara-Nya yang unik. Ia berhak, karena Tuhan adalah Tuan atas hidup Anda.
Sumber : CBN