Tuhan memberitahu kita bahwa umat-Nya cenderung memuaskan kehausan mereka tidak dengan minum dari aliran air hidup-Nya, melainkan minum dari toilet buatan manusia.
Yeremia 2:13, Sebab dua kali umat-Ku berbuat jahat: mereka meninggalkan Aku, sumber air yang hidup, untuk menggali kolam bagi mereka sendiri, yakni kolam yang bocor, yang tidak dapat menahan air.
Metafora ini sangat tepat dalam kondisi dunia saat ini dimana orang-orang seperti Tom Leykis, Dr. Drew, Howard Stern, dan banyak majalah khusus pria serta pemasok pornografi menjadi kaya raya dengan menjual ‘gelas berisi air toilet’ untuk memuaskan dahaga dari para pria di seluruh negeri, dan banyak di antara mereka yang mengaku sebagai anak-anak Tuhan.
Sementara itu, sebagian besar gereja yang memiliki akses ke air hidup melalui Firman Tuhan yang sempurna, gagal mengajarkan maskulinitas pria dalam hal apapun, khususnya tentang seksualitas mereka.
Penyebab dosa kelalaian ini banyak:
1. Ada kecenderungan di banyak gereja yang mengambil seksualitas dari tangan para teolog dan menempatkannya di tangan para konselor sekuler, yang jelas-jelas filosofinya didominasi konsep evolusi yang tidak alkitabiah mengenai kemanusiaan dan gender. Kesalahan in mencegah gereja untuk membicarakan tentang pria dan wanita karena mereka hanya diizinkan untuk melihat kemanusiaan dari kedua gender ini.
2. Ketidakberanian gereja dan pendeta ini menyebabkan banyak pria maskulin yang merasa tidak diterima di tempat yang mereka anggap sebagai organisasi khusus wanita, anak-anak dan pria lemah.
3. Adanya sifat malu-malu di kalangan pendeta untuk menyeberang ke dalam isu-isu umum yang kontroversial khususnya dalam hal seksual.
4. Kebenaran yang menyedihkan adalah banyak pendeta yang diperbudak oleh dosa-dosa seksual mereka sendiri dan mengalami ketidakpuasan atau jarang berhubungan seks dengan istri mereka, dan karena itu tidak dapat berbicara tentang hal-hal seksualitas.
Untuk membahas masalah pornografi dan masturbasi, saya harus berbicara dengan terus terang sebagaimana Alkitab menulis secara gamblang mengenai isu-isu penting ini. Dalam 2 Timotius 3:16 Tuhan berkata kepada Paulus bahwa “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” Ayat ini berkata bahwa ilham Allah bermanfaat bagi kita termasuk dalam diskusi gamblang mengenai seksualitas yang terdapat di seluruh kitab Kidung Agung dan Yehezkiel.
Dalam Yehezkiel 16:25-27 Tuhan berkata, “Pada setiap persimpangan jalan engkau membangun bukit pengorbanan dan menjual kecantikanmu menjadi kekejian dengan merenggangkan kedua pahamu bagi setiap orang yang lewat, sehingga persundalanmu bertambah-tambah. Engkau bersundal dengan orang Mesir, tetanggamu, si aurat besar itu, sehingga persundalanmu bertambah-tambah, yang menimbulkan sakit hati-Ku. Lihat, Aku telah melawan engkau dan telah mengurangi bagianmu dan menyerahkan engkau kepada kesewenang-wenangan orang-orang yang membenci engkau, yaitu perempuan-perempuan Filistin, yang merasa malu melihat tingkah lakumu yang mesum itu.”
Juga dalam Yehezkiel 23:18-21, Tuhan berkata “Oleh karena ia melakukan persundalannya dengan terang-terangan dan memperlihatkan sendiri auratnya, maka Aku menjauhkan diri karena jijik dari padanya, seperti Aku menjauhkan diri dari adiknya. Ia melakukan lebih banyak lagi persundalannya sambil teringat kepada masa mudanya, waktu ia bersundal di tanah Mesir. Ia berahi kepada kawan-kawannya bersundal, yang auratnya seperti aurat keledai dan zakarnya seperti zakar kuda. Engkau menginginkan kemesuman masa mudamu, waktu orang Mesir memegang-megang dadamu dan menjamah-jamah susu kegadisanmu.”
Tuhan berbicara secara terus terang kepada orang Israel, jujur dan berterus terang tentang kebenaran dan umat-Nya tidak seharusnya berlaku munafik dengan mencoba berbicara melalui cara-cara yang seolah-olah ‘lebih suci’ dari Allah mereka. Seperti Bapa Surgawi, kita harus menghindari kebodohan, dan berbicara dengan bijaksana serta berani berterus terang tentang keindahan dan sukacita dari keintiman seksual yang dibatasi oleh kasih Allah yang telah menciptakan kita dan juga hasrat di dalam diri kita. Dan kita harus menolak untuk berbicara secara eufemisme yang diperhalus dengan menyebut perzinahan sebagai “selingkuh”, percabulan dengan istilah “kencan”, dll. Karena Tuhan menggunakan kata-kata gamblang untuk menggambarkan dosa yang menyedihkan sehingga kita pun akan merasakan jijik terhadap dosa.
Sumber : relit.org