Tiga anggota Batalyon Infantri (Yonif) 742 Satya Wira Yudha, Senin (27/9), diperiksa terkait dengan pemukulan terhadap Romo Beatus Ninu, Pastor Paroki Mater Dei Oepoli, Desa Oepoli, Kecamatan Amfoang Timur, Kabupaten Kupang, NTT.
Pemeriksaan dilakukan di Markas Komando Resor Militer (Korem) 161 Wirasakti Kupang di Jalan WJ Lalamentik Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Sebelumnya tiga pelaku pemukulan pastor itu dijemput dari pos perbatasan RI-Timor Leste di Desa Oepoli dengan menggunakan helikopter. Ketiganya ialah Pratu Zainal, Pratu Daud, dan Praka Abel Soni.
Setelah mereka tiba di Kupang, Komandan Korem (Danrem) 161 Wirasakti Kolonel Arh I Dewa Ketut Siangan langsung menggantikan posisi ketiganya di Pos Oepoli oleh personel lain dari kesatuan yang sama. Pergantian personel itu juga sudah dilaporkan kepada Uskup Agung Kupang Mgr Petrus Turang Pr dalam pertemuan keduanya di Kupang, Senin siang.
Pergantian ketiganya dilakukan karena pemukulan terhadap Romo Beatus memicu kemarahan warga Desa Oepoli. Bahkan warga mendesak TNI memulangkan seluruh anggota TNI yang berjaga di Oepoli. Tuntutan itu beralasan karena mereka menilai anggota TNI sering menjadi pemicu kekerasan. Sebagai gantinya, mereka minta penjagaan di pos perbatasan Oepoli dilakukan oleh Koramil Amfoang di Kecamatan Amfoang Timur dan Polri. "Pergantian tiga personel itu untuk mencegah terjadinya kericuhan di daerah tersebut. Dengan pergantian itu diharapkan suasana di daerah itu tetap kondusif," katanya.
Pemukulan terhadap Romo Beatus Ninu terjadi Kamis (23/9) sekitar pukul 21.00 Wita. Ketika itu, tiga anggota TNI tersebut menenggak minuman keras di halaman gereja dan membuat kegaduhan sehingga mengganggu umat yang akan menyambut imam baru. Kemudian Romo Beatus menegur ketiganya untuk tidak ribut. Teguran itu tidak diterima, malah ketiganya memukul Romo Beatus menggunakan kayu.
Kasus seperti ini kerap terjadi dan ditemui. Tindakan indispliner dari para tentara ini adalah wujud dari ketidakpahamannya akan tugas yang diberikan. Pendidikan dan pembelajaran moral yang menyeluruh dapat membuat perubahan yang signifikan untuk para tentara. Sebaliknya tindakan sang pastor adalah wujud dari tanggung jawabnya sebagai pemuka agama yang melindungi peribadahan jemaatnya. Akibat yang ditanggungnya pun adalalah salah satu resiko pelayanan yang harus diambil.
Sumber : mediaIndonesia/dpt