Presiden AS Barack Obama meminta dunia mendukung rencana AS untuk perdamaian Timur Tengah (Timteng), yakni pembentukan sebuah negara Palestina dan pengamanan Israel selama satu tahun. Obama mengingatkan Tanah Suci (Holy Land) dikutuk untuk pertumpahan darah yang abadi, kecuali dunia mau bersatu.
Pernyataan itu disampaikannya lewat pidato dalam sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York. Keinginan Obama disampaikan di tengah ancaman Palestina untuk mundur dalam perundingan jika Israel menolak perpanjangan moratorium pembangunan permukiman Yahudi yang berakhir minggu depan.
Obama menegaskan, jika inisiatif AS gagal, maka warga Palestina tidak akan pernah mendapatkan sebuah negara dan Israel tidak pernah tahu pengamanan yang benar. “Realitas demografi yang keras akan dipertahankan. Lebih banyak darah yang tertumpah. Tanah Suci akan bertahan sebagai simbol perbedaan, dibandingkan simbol kemanusiaan kita bersama,” kata Obama di Markas Besar PBB New York, Kamis (23/9). “Saya menolak untuk menerima masa depan itu dan kita semua memiliki pilihan. Masing-masing kita harus memilih jalan perdamaian,” lanjutnya.
Palestina Berdaulat
Obama yakin Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas memiliki semangat untuk membuat kesepakatan, tapi dibutuhkan dukungan, terutama peran lebih aktif oleh negara-negara Arab. “Kita dapat berkata kali ini akan berbeda, kali ini kita tidak akan membiarkan teror atau kekacauan atau sikap atau politik picik tetap dipertahankan,” katanya.
Menurut Obama, para pemain kunci harus memiliki toleransi untuk Islam, Yudaisme, dan Kristen. Terkait moratorium, dia mempertahankan posisi bahwa perpanjangan moratorium permukiman harus diperpanjang. Tapi, dia meminta kepada pihak-pihak yang menginginkan kemerdekaan Palestina agar berhenti berusaha untuk meruntuhkan Israel. “Ketika kita berkumpul lagi di sini tahun depan, kita memiliki satu anggota baru PBB, sebuah negara Palestina yang merdeka dan berdaulat, hidup damai dengan Israel,” kata Obama.
Sumber : Suara Pembaruan Online/dpt