Pagi ini Gunung Sinabung kembali meletus pada pukul 06.30, Senin (30/8). Letusan ini mengeluarkan asap tebal yang membumbung ke angkasa. Tidak terlihat adanya material atau lava yang berguguran ke lembah gunung. Sebelum letusan, warga Desa Sukan Debi, Kecamatan Naman Teran, Kabupaten Karo, terlebih dahulu mendengar suara gemuruh selama kurang dari satu menit yang diikuti gempa. Setelah itu terlihat gunung meletus.
Letusan Gunung Sinabung telah mengejutkan para peneliti gunung berapi aktif maupun gunung tidur di Indonesia karena gunung ini telah ‘tertidur’ selama 70.000 tahun. Salah satu analisis Tim ahli Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana adalah Gunung Sinabung harus dipantau dengan sangat serius karena lokasinya yang cukup dekat dengan lokasi padat penduduk, yaitu sekitar 50 kilometer dari Medan dan 12 kilometer dari Brastagi. Jika terjadi letusan yang jauh lebih besar, maka bahaya yang ditimbulkannya bisa meluas. Bahkan ancaman ini bisa meluas sampai ke Kuala Lumpur dan Singapura karena debu vulkanik dapat mengganggu lalu lintas penerbangan.
Empat hasil analisis lainnya dari tim ahli yang dibentuk setelah terjadi luapan lava panas di Gunung Sinabung adalah:
Pertama, dari penampakan bentang alam, Gunung Sinabung adalah Anak Gunung yang paling besar dan aktif di komplek Gunung Toba raksasa yang pernah meletus luar biasa dahsyatnya sekitar 70.000 tahun lalu. Letusan itu telah meninggalkan kaldera terbesar di muka bumi, yaitu kaldera Danau Toba.
Kedua, sinyalemen yang menganggap Gunung Sinabung adalah gunung yang tidur atau tidak memiliki aktivitas selama ratusan abad secara ilmiah tidak bisa dijadikan alasan untuk tidak memantau atau meneliti gunung ini. Karena selama ratusan tahun Gunung Sinabung kelihatannya bukannya tidur melainkan giat mengumpulkan magma untuk dimuntahkan dalam letusan besar. Hal ini harus dibuktikan dengan penelitian geofisika bawah permukaan.
Ketiga, dari close-up peta DEM terlihat badan Gunung Sinabung yang mempunyai diameter 7 kilometer masih berupa kerucut tajam dan bentuknya masih seperti ‘tumpeng’. Artinya, kalau diibaratkan bisul, maka Gunung Sinabung memang belum pernah pecah, melainkan bisul yang sedang tumbuh.
Keempat, tidak ada hubungan langsung antara Gunung Sinabung dengan jalur gempa Patahan Sumatera. Lokasi Gunung Sinabung sekitar puluhan kilometer di Timur Patahan Sumatera. Yang perlu diwaspadai adalah segmen Patahan Sumatera yang berada persis di sebelah barat Gunung Sinabung sudah 200 tahun tidak memiliki sejarah gempa, padahal dari data geologi dan GPS segmen ini sangat aktif bergerak. Artinya, potensi gempa besar yang dapat terjadi sangat tinggi. Apalagi biasanya aktivitas gunung berapi dan gempa suka saling sikut-sikutan.
Mengetahui kenyataan ini, ada baiknya jika segenap pihak bahu-membahu mengantisipasi dampak yang lebih luas jika kekuatan alam ini menunjukkan kekuatannya agar tidak banyak korban yang jatuh.
Sumber : vivanews