"Bapak saya ini memang orangnya keras karena dia pemabuk. Sampai dia memukul dan mengikat saya, waktu itu saya dendam sama bapak." kata Lamsar ketika mengenang ayahnya.
Dendam itu tersimpan dalam diri Lamsar dan hari demi hari Lamsar tumbuh dalam kebencian akibat perlakuan kasar dari ayahnya. Beranjak dewasa Lamsar pun berubah menjadi seorang yang sangat berbahaya. Ketika masih berumur 12 tahun dia mengambil keputusan untuk bergabung dengan kelompok bajing loncat. Setiap hari Lamsar dan teman-temannya merampok mobil-mobil yang melintas di jalur Jakarta-Sumatera, namun kegiatan tersebut diketahui oleh polisi. Dan Lamsar memutuskan untuk melarikan diri dan masuk di terminal Mercubuana. Di situ Lamsar bergabung dengan preman-preman.
"Memang di sana kalo mau cari uang, pekerjaan, atau bongkar muat harus dengan berantam lebih dulu."
Kehidupan yang keras sudah menjadi gaya hidup Lamsar, bahkan Lamsar berani menikam seorang preman untuk mengambil dompetnya.
"Pekerjaan saya memang begitu kalo ada orang tidur dompetnya saya ambilin. Kalo ketahuan berantam. Waktu itu saya ketahuan, karena saya tidak bisa lawan dia maka saya ambilah pisau. Saya tusuk dia, setelah itu saya melarikan diri ke kampung."
Namun Lamsar tidak lama di kampungnya, Lamsar memutuskan untuk pergi ke Jakarta dan memimpin komplotan preman di Pulo Gadung.
"Karena saya udah pernah menusuk orang, jadi sayalah kapten mereka. Pekerjaan kami ‘marsapu jagat' atau membajak bis. Karena saya kapten, saya keluarkan golok saya. Sopir saya ancam, semua penumpang kasih hartanya, uangnya, kalungnya kalo bergerak akan mati." ujarnya menceritakan kisahnya.
Tanpa perasaan dan tanpa sedikit pun rasa kasihan Lamsar dan teman-temannya merampas semua harta miliki penumpang. Bahkan bagi Lamsar, kejahatannya adalah sebuah kebanggaan.
"Setelah itu kita membawa hasil yang kita ambil, emas and cincin itu semuanya, kita pulang kadang-kadang kita jemur, supaya tahu punya siapa yang paling banyak. Sesudah itu kami jual untuk main judi, mabuk-mabuk, ganja dan main perempuan."
Setiap hari Lamsar berpesta pora menikmati hasil jarahannya, tanpa sedikitpun rasa penyesalan bahwa dia telah merugikan banyak orang. Kebiasaan buruk ini pun terus dibawanya ke dalam pernikahan.
"Saya belum tahu siapa dia? Pekerjaannya yang sebenarnya ?",ungkap istri Lamsar, Ribur.
"Saya mengaku kepada wanita ini, pekerjaan saya adalah kontraktor. Wanita ini percaya karena banyak uang saya." aku Lamsar.
Terbuai dengan bualan suaminya, Ribur pun percaya meski masih ada rasa curiga dalam dirinya.
"Ga ada damai, kalo dia datang saya ketakutan. Setiap hari ada rasa ketakutan dan jantung saya berdebar-debar." Dalam hati Ribur selalu timbul pertanyaan tentang pekerjaan suaminya yang sebenarnya.
Namun akhirnya kecurigaan Ribur pun terungkap juga. Setelah 5 bulan menikah, teman-teman suaminya datang ke rumah. Mereka bercerita dan mengajak suaminya untuk melakukan perampokan ke rumah-rumah.
"Istri saya dengar tapi dia tidak bisa menuduh karena takut kepada saya." kata Lamsar.
Setelah teman-teman suaminya pergi, Ribur bertanya kepada suaminya tentang pekerjaan suaminya yang sebenarnya dan Lamsar menjadi ketakutan.
"Barulah istri saya mengerti bahwa saya telah mengerjakan ga berkenan di mata dia. Saya bawa uang berjuta-juta ke rumah tetapi tidak dibelanjain." ungkap Lamsar.
"Tolonglah ini uang jangan ditaruh di lemari. Karena bau banget, beda dengan uang saya. Badannya bau, uangnya bau, semuanya bau." kata Ribur ketika menyadari hal tersebut.
Sejak itu perangai Lamsar berubah menjadi orang yang keras dan kasar terhadap istrinya.
"Seperti ada yang masuk dalam dirinya, saya diludahin, ditendang, ditariknya baju saya. Ini yang saya tahan 7 tahun lamanya." ujar Ribur mengungkapkan perlakuan buruk suaminya.
"Pacaran lagi di luar-luar, dengan wanita-wanita. Tiap malam aku mabuk." kata Lamsar.
"Kalo pulang pintu tidak segera dibuka, langsung ditendang. Jadi selama 7 tahun saya tidak bisa bicara sama suami seperti makan hati setiap hari." ungkap Ribur.
Hari-hari Ribur berubah kelam, bertahun-tahun menjalani pernikahan sedikitpun tidak pernah merasakan kebahagiaan. Bahkan suatu ketika, Ribur hampir mati di tangan suaminya. Waktu itu dia minta suaminya untuk membeli ikan karena mereka tidak masak tetapi suaminya justru marah dan mengancam akan membunuhnya dengan parang.
Ribur hanya bisa pasrah menerima kenyataan yang harus dihadapinya, namun tidak pernah terbersit dalam benaknya untuk meninggalkan suaminya.
"Tetapi tidak pernah saya mengutuki dia, tidak pernah saya menyesali, bahkan tidak pernah keluar dari mulut saya untuk bilang kata cerai. Saya bertahan sampai nanti Tuhan pasti ubahkan dia." ungkap Ribur.
Dengan sebuah pengharapan yang sepertinya mustahil, Ribur menyerahkan suaminya kepada Tuhan serta terus menceritakan keajaiban Tuhan kepada Lamsar meskipun suaminya tidak mau percaya. Namun rasa penasaran timbul dalam hari Lamsar hingga akhirnya Lamsar mengikuti sebuah ibadah.
"Waktu dalam pertemuan itu saya menyerah, ada firman Tuhan mengatakan, ‘Biarpun dosamu merah seperti kirmisi akan menjadi putih seperti salju. Yesus yang mati di kayu salib itu hari ini akan menebus engkau sebesar apapun bebanmu, Yesus tidak akan pernah menolak engkau.' Demikian dikatakan kepada saya. Seseorang mengatakan, 'Akui dosamu, Tuhan akan mengampunimu."
Sesaat Lamsar teringat dengan dosa-dosa masa lalunya. Lamsar melihat sebuah sinar dan terjatuh. Lamsar merasakan semua bebannya seketika itu hilang dan damai sejahtera dan suka cita mulai mengalir dalam hidupnya.
"Selama ini yang saya rasakan damai itu hanya mabuk-mabuk, ganja, narkoba, diskotik, main judi. Tetapi sejak saya mengenal Tuhan, semuanya tidak ada harganya. Dari situlah saya mulai cinta kepada Tuhan."
Sejak itu Lamsar meninggalkan kebiasaan buruknya merampok dan segala kejahatan yang lain yang sering dilakukannya dengan memutuskan menjadi sopir angkot untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Sampai akhirnya Lamsar mendapatkan pekerjaan tetap sebagai pemimpin spiritual.
"Saya sudah mengampuni orang tua saya, segala kepribadian saya sudah berubah. Dulu saya penjahat, saya sekarang sudah berubah. Saya mengasihi istri saya, sejak saya mengenal Tuhan baru saya merasakan bagaimana yang dirasakan suami istri dalam pernikahan yang sebenarnya." ,ujar Lamsar mengucap syukur untuk perubahan hidupnya.
"Hari lepas hari dia makin berubah. Dia sudah berubah dari perkataannya pun sudah berubah.Saya bangga sekali bahkan saya lebih mengasihi lagi dan bersaksi kemana-mana bahwa suami saya sudah di ubahkan. Buat saya Yesus itu sangat dasyat, luar biasa, ajaib perbuatannya. Tidak pernah dia ingkari janji-Nya." ,ungkap Ribur menutup kesaksiannya. (Kisah ini telah ditayangkan 26 Agustus 2010 dalam acara Solusi di O Channel)
Sumber Kesaksian:
Lamsar dan Ribur
Sumber : V100126162957