Ada sebuah kepercayaan lama yang menyebutkan bahwa perubahan cuaca dapat memicu masalah bagi penderita sakit kepala. Hal ini telah didukung kebenarannya oleh sebuah penelitian terbaru yang tampak pada anak-anak dan remaja baik yang memiliki masalah migrain maupun jenis sakit kepala kronis akibat ketegangan.
Para partisipan diberikan sebuah alat yang tersambung komputer pada tangan mereka untuk merekam gejala sakit kepala mereka dengan menunjukkan “waktu yang akurat” selama dua minggu. Para peneliti kemudian membandingkan data yang ada dengan pola perubahan cuaca menggunakan perangkat lunak pelacak cuaca.
Pada hari hujan, anak-anak memiliki kemungkinan 59 persen dilaporkan menderita gejala sakit kepala dibandingkan hanya 21 persen ketika hari cerah. Selain itu, ketika kelembaban berada di atas normal gejala sakit kepala mencapai 58 persen dibandingkan 22 persen ketika kelembaban berada di tingkat rata-rata. Belum ditemukan penyebab pasti kenapa hal ini bisa terjadi sehingga penelitian ini akan terus dilanjutkan. Untuk sementara lagu yang berbunyi “hujan, hujan, pergilah” mungkin bisa menjadi hal terbaik yang dapat kita lakukan.
Hasil penelitian terbaru ini diterbitkan oleh WellBeing magazine, sumber informasi utama di Australia yang membahas masalah kesehatan alami, terapi alami, terapi alternatif, solusi alami, pengobatan pelengkap, hidup yang berkelanjutan dan gaya hidup holistik. WellBeing juga berfokus pada pendekatan alam dalam topik ekologi, spiritualitas, gizi, kehamilan, pengasuhan dan travel.
Sumber : saidaonline