Kebebasan Beragama Yang Masih 'Katanya'

Nasional / 16 August 2010

Kalangan Sendiri

Kebebasan Beragama Yang Masih 'Katanya'

Lestari99 Official Writer
3870

Prihatin, inilah kondisi yang masih terjadi di negeri kita tercinta Indonesia. 65 tahun Indonesiaku masih dipenuhi dengan berbagai masalah sentral yang tak kunjung usai. Bahkan masalah krusial seperti kebebasan beragama masih menjadi dilema yang tak pernah diselesaikan. Seperti yang dialami oleh jemaat Gereja HKBP Bekasi.

Sudah berbulan-bulan lamanya jemaat HKBP Pondok Timur Bekasi tidak bisa melaksanakan kegiatan ibadah dengan tenang. Atas nama keamanan dan ketentraman umum, pemerintah daerah setempat dan pihak kepolisian tak mampu menghadapi ormas Islam yang bertindak sewenang-wenang membubarkan paksa kegiatan ibadah yang sedang berlangsung.

Sebagai bentuk protes atas pelarangan ibadah ini, pada hari Minggu (15/8) sekitar seratus orang jemaat Gereja HKBP Bekasi menggelar kebaktian di depan istana Merdeka Jakarta.

Dipimpin sejumlah pendeta, para jemaat gereja berkerumun di depan Istana Merdeka. Sebagian dari mereka membawa Alkitab dan bendera merah putih yang kemudian dikibar-kibarkan. Doa-doa kemudian dipanjatkan oleh beberapa pendeta, yang kemudian dilanjutkan dengan menaikkan lagu puji-pujian.

“Kami tidak bisa berdoa di daerah kami, maka kami akan berdoa di Istana,” ujar salah seorang anggota HKBP. Jemaat yang berkumpul juga meminta perhatian pemerintah atas maraknya penutupan gereja dan kekerasan atas nama agama.

“Kami bukan warga kelas dua di negara ini,” teriak seorang jemaat lainnya dalam bagian doanya, yang disambut dengan yel-yel dari jemaat gereja lainnya. Sejumlah politisi seperti Muchtar Pakpahan, beberapa pengacara serta tokoh masyarakat Kristen terlihat di antara jemaat gereja.

“Seharusnya kebebasan beribadah itu dilindungi. Tapi apa yang terjadi di Bekasi itu justru membuktikan sebaliknya,” tandas seorang politisi Partai Damai Sejahtera, Carol Daniel Kadang, kepada wartawan di sela-sela kebaktian.

Para jemaat meminta ketegasan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk menindak para pelaku yang melarang kebebasan beribadah, terutama terhadap ormas anarkis yang keberadaannya telah meresahkan masyarakat.

Tidak hanya dari kalangan Kristen, kebaktian ini juga didukung oleh aksi keprihatinan dari sejumlah tokoh masyarakat, LSM, serta tokoh lintas agama. Mereka tergabung dalam Forum Solidaritas Kebebasan Beragama, yang juga beranggotakan mereka yang peduli terhadap kebebasan beragama.

Di antara para pendemo terdapat Ulil Absar Abdalla, aktivis Jaringan Islam Liberal. Secara tegas Ulil menentang cara-cara yang dilakukan kelompok massa tertentu dalam penyerangan yang dilakukan terhadap jemaat gereja HKBP Bekasi.

“Aturan rumah pribadi tidak diperbolehkan menjadi tempat ibadah itu bertentangan dan sudah seharusnya untuk direvisi. Seharusnya setiap orang bebas beribadah di manapun karena itu adalah haknya,” ujar Ulil.

Sayang, aksi keprihatinan ini dihadang oleh aparat kepolisian sehingga mereka tidak dapat bergabung dengan para jemaat gereja di depan Istana Merdeka. Mereka pun melanjutkan aksinya di depan Tugu Monas dan bergabung dengan ratusan orang lain untuk melakukan orasi yang berakhir secara damai pada hari Minggu sore.

Semoga di hari ulang tahun kemerdekaan ke-65 yang jatuh pada hari Selasa (17/8) besok, setiap insan di negeri ini boleh merenung sejenak, sudahkan setiap warga Indonesia ‘MERDEKA’?

Sumber : bbc
Halaman :
1

Ikuti Kami