Para pelayat baru-baru ini berkumpul di Kabul untuk mengadakan upacara peringatan kecil menghormati 10 pekerja bantuan medis yang dibunuh di Afghanistan pekan lalu.
Tim yang terdiri dari enam orang Amerika, dua orang Afghanistan, satu orang Inggris dan satu orang Jerman menghabiskan dua minggu waktu mereka untuk membawa perawatan medis ke beberapa daerah yang paling terpencil di negara ini.
Sebagai hasil dari pelayanan tanpa pamrih untuk membantu orang Afghanistan yang membutuhkan, para pekerja bantuan ini ditembak mati di negara yang mereka datangi dengan kasih.
“Saya bisa mengatakan tanpa ragu bahwa Tom dan Libby adalah orang yang paling jujur, apa adanya dan pekerja misi yang langsung turun ke lapangan yang pernah saya kenal,” ujar Pastor Lawrence Roff dari First Presbyterian Church di Schenectady, New York.
Tim medis ini baru saja menyelesaikan minggu-minggu mereka untuk melayani orang dengan penyakit mata dan masalah medis lainnya di bagian terpencil Afghanistan Utara.
Pihak berwenang mengatakan tim disergap dalam perjalanan mereka kembali ke Kabul. Taliban menuduh kelompok ini berniat mengkonversi orang muslim menjadi Kristen.
Misi Bantuan Internasional (IAM), sebuah organisasi non profit Kristen, bertanggung jawab atas pengiriman tim medis ini ke Afghanistan.
“Kami ingin menghormati setiap rekan-rekan kami yang meninggal, untuk komitmen mereka melayani orang-orang Afghanistan,” tulis IAM dalam sebuah pernyataan di situs web mereka. “Kami yang mengenal para korban dan telah melihat bagaimana para korban melayani, kami tidak dapat berbuat apa-apa selain memberikan penghormatan tertinggi kepada mereka.”
“Selama beberapa hari dan minggu ke depan, tanpa ada keraguan sedikitpun, akan banyak berita yang menulis tentang kehidupan setiap mereka,” tulisan tersebut mengungkapkan. “Mereka aka berbicara bagi diri mereka sendiri.”
Di antara mereka yang tewas terdapat pemimpin tim medis Tom Little, seorang dokter mata yang telah bekerja di Afghanistan bersama denga keluarganya lebih dari 30 tahun.
“Tom telah memberikan hidupnya, tahun-tahun terbaik dalam hidupnya, untuk membawa perawatan medis kepada orang-orang Afghanistan,” ujar istrinya, Libby Little. “Dan Tom akan dimakamkan di pemakaman Kristen di Kabul.”
Korban lainnya, Dr. Karen Woo, adalah seorang ahli bedah yang mempersembahkan keahliannya untuk membantu orang-orang Afghanistan di bagian termiskin dari negara itu.
Karen pernah menulis bahwa meskipun ia tinggal di zona perang dan mengalami kebangkrutan, namun ia percaya memberikan perawatan medis di tempat tersebut adalah resiko yang layak ditanggungnya.
Tim medis ini tahu bahwa perjalanan tersebut berbahaya tapi mereka merasa perjalanan tersebut adalah sesuatu yang harus mereka lakukan.
Sementara itu, warga gereja tempat asal korban telah bersatu untuk membantu keluarga yang sedang berduka.
“Kami mengelilingi keluarga korban dengan dukungan dan cinta, dan hanya berdoa untuk mereka,” ujar Dwayne Curry, asosiasi pelayanan anak muda dan pemuridan dari Woodlawn Christian Church di Knoxville, Tennesse.
Jemaat lainnya mengingat apa yang paling mereka kagumi dari para korban yang adalah teman mereka.
“Kami sangat kehilangan dia, dan kami akan kehilangan senyuman di wajahnya yang selalu ia berikan kepada para manula dan seluruh anggota jemaat,” ujar Marion Rhodes, teman dari Cheryl Beckett, salah satu dari enam orang Amerika yang tewas dalam serangan tersebut.
Taliban mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan ini. Mereka menuduh tim medis sebagai mata-mata dan mencoba untuk mengkonversi orang muslim menjadi Kristen. Namun pihak kepolisian mengatakan mereka percaya jika tim medis ini kemungkinan dirampok oleh penjahat lokal.
Meskipun demikian, beberapa dari keluarga korban menolak bahwa tim medis itu melakukan penginjilan.
Departemen Luar Negeri AS menyebut tim medis itu sebagai pahlawan – yang lain menyebut beberapa dari mereka sebagai martir.
“Taliban telah menyebut tim ini sebagai mata-mata yang berkedok pekerja bantuan medis dan menarik orang untuk menjadi Kristen,” ujar Karl Eikenberry, duta besar AS untuk Afghanistan, kepada masyarakat melalui video. “Mereka tidak melakukan itu sama sekali. Mereka adalah sukarelawan tanpa pamrih yang mengabdikan dirinya untuk memberikan perawatan medis gratis dan yang sangat diperlukan warga Afghanistan di bagian paling jauh dan sulit dijangkau di negara Anda.”
Menteri Luar Negeri AS, Hillary Rodham Clinton, mengutuk pembunuhan tersebut – dan menyebut pembunuhan itu sebagai tindakan kekerasan yang hina dan menunjukkan kebrutalan Taliban.
Sumber : cbn.com