Penulis

Nasional / 3 August 2010

Kalangan Sendiri

Penulis "Vampire" Berhenti Jadi Orang Kristen

Puji Astuti Official Writer
5186

Penulis buku “Interview with the Vampire” yang sudah diangkat ke layar lebar, Anne Rice, pada Rabu (28/7) lalu menyatakan bahwa dirinya “berhenti menjadi orang Kristen.” Penulis yang berusia 68 tahun ini sebelumnya adalah seorang atheis, dan dirinya merasa tidak bisa menyatu dan masuk dalam dunia keKristenan yang ada saat ini.

“Selama sepuluh tahun.., sata sudah mencoba,” demikian ungkap Rice. “Aku telah gagal. Aku hanya orang luar. Hati nurani saya tidak mengijinkannya lagi.”

Rice mengungkapkan keprihatinannya akan keKristenan melalui sosial network. Dia pernah mengomentari tentang sebuah artikel yang memuat pernyataan seorang pemimpin pelayanan penjangkauan pemuda yang menyatakan bahwa orang muslim yang mengeksekusi orang homo lebih bermoral daripada orang-orang Kristen di Amerika.

“Hal tersebut membuat saya menangis. Mungkin komitmen kepada Kristus artinya tidak harus menjadi Kristen.”

Beberapa jam setelah dirinya menyatakan keluar dari keKristenan Rise menulis kutipan pernyataan Mahatma Gandhi, “Saya menyukai-Mu Kristus, tapi aku tidak suka orang-orang Kristen itu. Orang-orang Kristen itu sangat berbeda dengan-Mu Kristus.”

Rice mempertanyakan arti kata “Kristen” dan mengatakan bahwa kata itu begitu “tidak dapat digunakan.. dibebani oleh sejarah dan kengerian yang dapat menimbulkan kontroversi yang merusak.”

Rice juga menyatakan dirinya menolak untuk anti-gay, anti-feminis, anti pengontrol kelahiran, anti-demokrat, anti-humanisme sekuler, anti-sains dan anti kehidupan demi nama Kristus.

“Dalam nama Kristus, saya berhenti dari “keKristenan” dan menjadi seorang Kristen,” demikian tegas Rice.

Ya, Rice lelah dengan kehidupan agamawi yang ada dalam keKristenan, namun dia memberikan hidupnya bagi Kristus sepenuhnya. Bagi penulis ini, kini Kristus adalah pusat hidupnya.

“Perpindahan saya dari seorang atheis pesimis yang terhilang di dunia yang tidak saya mengerti, menjadi seorang umat percaya yang optimistis di alam semesta serta di dukung oleh Tuhan yang penuh kasih sangat penting bagi saya,” demikian komentar Rice di Facebooknya.

Bagi Rice, “mengikut Kristus tidak berarti mengikuti teladan para ‘pengikutnya’.”

“Kristus jauh lebih penting daripada agama Kristen dan akan selalu jadi seperti itu. Tidak peduli keKristenan telah atau mungkin akan menjadi seperti apa.”

Rice sebenarnya di besarkan di keluarga Katolik, dan memutuskan untuk menjadi atheis saat usia 18 tahun. Pada tahun 1998, setelah empat dekade menyangkal Tuhan, Rice kembali kepada imannya kepada Yesus dengan menjadi seorang Katolik kembali.

Setelah kembali pada Kristus, Rice mendedikasikan hidupnya untuk menulis tentang imannya tersebut seperti “Christ the Lord: Out of Egypt, Christ the Lord: The Road to Cana, and Angel Time: The Songs of the Seraphim.” Bahkan di tahun 2008, Rice menulis kesaksian hidupnya dengan judul, “Called Out of Darkness: A Spiritual Confession.”

Setelah Rice mengumumkan keputusannya untuk keluar dari “keKristenan”, dirinya menerima banyak email. Namun sebagian besar bernada positif, hanya sedikit yang negatif.

“Satu hal yang jelas, bahwa orang sangat bersemangat tentang kepercayaan. Mereka peduli tentang menjalani hidup yang penuh arti dan signifikan. Hal itulah yang indah dan membuat kita merasa aman,” ungkapnya.
Rice berencana untuk menulis lebih banyak tentang hal tersebut kedepannya.

Sumber : Christian Post
Halaman :
1

Ikuti Kami