Seorang wanita menyuarakan isu yang sama tentang perfeksionis melalui email yang saya terima:
Dear Dr. David. Saya sepertinya tidak bisa melakukan apa yang benar di mata suami saya. Saya selalu gagal memenuhi standar yang ia tetapkan. Dia tidak suka cara saya memasak, cara saya membersihkan rumah, cara saya membawa mobil yang membuatnya menjadi kotor, bahkan dia tidak suka cara saya melipat baju. Hal ini menjadi tampak konyol bagi saya. Saya sekarang menjadi kepahitan kepadanya dan suami saya benar ketika ia merasa bahwa saya tidak ingin melakukan semua hal itu untuknya. Dia mengkritik saya untuk hal-hal yang tidak akan dilakukannya kepada orang lain, bahkan kepada dirinya sendiri. Saya tidak kritis terhadapnya, tapi dia tidak akan pernah berhenti melakukannya terhadap saya. Hal ini mulai mempengaruhi pernikahan kami. Apa yang dapat saya lakukan untuk membuanya berhenti mengkritik? Tolong bantu saya.
Hal ini dapat dimengerti dengan baik bahwa sifat perfeksionis adalah pembunuh utama dalam suatu hubungan. Orang yang perfeksionis sering mengharapkan lebih dari orang lain daripada apa yang mereka harapkan dari diri mereka sendiri. Pada akhirnya orang yang perfeksionis hanya melihat kesalahan pada diri orang lain, membuat mereka menjadi superior, dan meminimalkan kelemahan mereka sendiri. Kombinasi ini sungguh mematikan dalam sebuah pernikahan.
Alkitab berkata, “Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri.” (Roma 15:1) Perhatikan ayat ini, dikatakan bahwa kita tidak hanya harus menanggung kelemahan orang lain, tapi bagian terakhir dari ayat tersebut menekankan “...jangan kita mencari kesenangan kita sendiri”. Menurut saya, ketika kita fokus kepada kelemahan orang lain, kita memang bisa menyenangkan diri kita sendiri. Kita ingin dunia berjalan tepat seperti apa yang kita inginkan!
Pertimbangkan banyaknya aspek yang diderita oleh mereka yang perfeksionis:
Mungkin saja tumpukan surat kabar tua itu menjengkelkan – sebagaimana sikat gigi di wastafel, atau sepatu kotor yang dipakai di atas karpet – namun apakah isu-isu ini akan menjadi pedang yang kita pilih untuk mematikan pernikahan kita?
Saat membesarkan dua orang putra, saya memiliki banyak kesempatan untuk “memilih pertempuran saya”. Mereka selalu menguji kesabaran saya sampai di ambang batas. Saya harus bersabar ketika mereka mengambil dan mengenakan kaus kaki olahraga saya, tapi itu bukanlah sebuah alasan untuk menjadikan hari saya buruk. Saya menemukan kenyataan yang sama di dalam pernikahan: sesuatu tidak akan selalu terjadi seperti yang saya inginkan dan tidak ada alasan untuk memerangi sesuatu yang tidak akan pernah bisa saya menangkan.
Jadi, izinkan saya menawarkan beberapa saran sederhana:
Pertama, mengharapkan pasangan Anda menjadi sempurna sama halnya dengan menunggu kereta api yang tidak akan pernah datang. Hal itu tidak akan pernah terjadi. Ketika Anda mengiyakan pernyataan di atas, Anda setuju pada prinsip untuk menanggung kelemahan pasangan Anda. Jangan biarkan hal-hal kecil menjadi besar.
Kedua, kekurangan adalah sesuatu yang justru membuat seseorang menjadi unik. Kekurangan akan menambah warna dalam hubungan kita. Cobalah untuk mengingat dan lihatlah apakah ada suatu hal yang dapat membuat Anda tersenyum pada sesuatu yang mengganggu Anda? Cobalah mengingat kelemahan pasangan Anda dan juga ekspresi emosi mereka. Ingatlah bahwa Anda juga memiliki kedua hal itu!
Ketiga, pilihlah pertempuran Anda. Jika suatu hal benar-benar penting untuk diubah oleh pasangan Anda, maka lakukanlah. Tapi, pilihlah dengan hati-hati. Anda tidak dapat menganggap semua hal itu adalah sesuatu yang penting, dan melakukannya justru hanya akan menunjuk kesalahan Anda sendiri bukan mereka. Perhatikan juga, pernikahan yang dipenuhi dengan banyak pertikaian akan segera membawa pernikahan ke dalam kesulitan.
Keempat, ingatlah ketika mereka melakukan sesuatu yang tidak Anda sukai, bukan berarti mereka bermaksud melukai Anda. Itu hanyalah kebiasaan lama dan perilaku yang sudah terpola lama jauh sebelum mereka bertemu dengan Anda. Jangan menganggapnya secara pribadi. Semua itu bukan tentang Anda.
Terakhir, milikilah perspektif yang positif. Semua hal itu bukanlah masalah besar. Jangan jadikan kekurangan pasangan sebagai alasan untuk menimbulkan ketegangan dan konflik dalam pernikahan Anda. Biarkan perasaan negatif itu pergi. Jangan biarkan masalah kecil ini mengganggu dan mengusir unsur-unsur positif dari pernikahan Anda.
Sumber : crosswalk.com / LEP