Malang nian nasib Anggranita dan Ahmadi. Setelah Kamis malam (15/07) mengalami trauma akibat pendaratan darurat pesawat Batavia Air dengan nomor penerbangan BTV 562 rute Pekanbaru-Jakarta, saat menaiki pesawat pengganti hari ini (16/07) mereka malah dipaksa turun karena dianggap dapat mengganggu penerbangan.
Berdasarkan keterangan maskapai penerbangan yang diwakili Distric Manager Batavia Air, Zulkifli, insiden ini terjadi karena Anggranita telah membuat masalah dengan seorang pramugari di dalam kabin pesawat. Ibu yang berusia 40 tahun tersebut mengomel sambil menarik-narik baju pramugari. Akibatnya, pilot pesawat tidak bersedia menerbangkan pesawat sebelum penumpang tersebut diturunkan dengan alasan bisa mengganggu penerbangan.
Berbeda dengan keterangan maskapai Batavia Air, kedua penumpang tersebut membantah telah membuat keributan. Menurut Anggranita, dirinya hanya menyampaikan pesan kepada pramugari agar bertugas dengan baik. Ia juga membantah telah menarik baju sang pramugari.
“Saya trauma, bukan mengajak berantem. Tidak ada saya menarik-narik baju pramugari, ceritanya dilebih-lebihkan,” ujarnya.
Hal senada disampaikan pula oleh Ahmadi bahwa seharusnya pihak maskapai mempertimbangkan kondisi psikis penumpang yang masih trauma akibat insiden mendarat darurat tersebut. Menurutnya, para pramugari tidak ada yang berusaha menenangkan para penumpang saat insiden terjadi.
“Mereka hanya duduk-duduk saja dan tidak mencoba menenangkan penumpang, padahal kami semua panik,” ujarnya.
Entah siapa yang benar atau salah, namun sebagai sebuah maskapai penerbangan yang melayani kepentingan masyarakat sudah sewajarnyalah bila pihak maskapai memberikan perhatian ekstra bagi para penumpangnya yang mengalami trauma akibat insiden pesawat di atas udara.
Sumber : antaranews