Hidup Berkelimpahan Dalam Pernikahan

Marriage / 13 July 2010

Kalangan Sendiri

Hidup Berkelimpahan Dalam Pernikahan

Lestari99 Official Writer
4414

Kami merayakan ulang tahun pernikahan yang ke-30 sebagaimana event-event lain dalam kehidupan kami, dengan melakukan perjalanan untuk menyaksikan suatu pertunjukan di negara bagian lain. Kami menghadirkan malam lebih awal dan istriku sudah belajar untuk mengikuti jadwal saya yang aneh. Memang tidak selalu seperti ini. Perubahan tidak banyak terjadi dengannya, tapi sayalah yang banyak berubah. Saya lebih banyak melimpahkan kasih sayang kepada istriku dan belajar untuk mengurangi ego saya.

Saya telah melakukan hal-hal yang dilakukan pria Amerika pada umumnya selama bertahun-tahun. Bekerja terlalu keras, menikahi pasangan saya yang masih muda dan mengabaikannya, lalu mendambakan pujian atas keberhasilan dan prestasi yang telah saya raih. Dan terlalu sering saya meninggalkan istri saya untuk mengurus anak-anak kami yang seringkali merepotkannya dan ia hanya bisa bertanya-tanya apakah suaminya menghargainya. Selama bertahun-tahun saya gagal untuk menjadi seorang pemimpin secara rohani baginya. Namun hari ini saya semakin menikmati kebahagiaan di dalam pernikahan daripada sebelumnya. Dan saya percaya istrikupun akan mengatakan hal yang sama.

Kami telah mengalami beberapa tragedi di dalam pernikahan kami. Kematian anak perempuan kami, perampokan bersenjata yang terjadi di rumah kami, penyakit kanker, namun kami lebih bahagia daripada sebelumnya. Bagaimana hal itu bisa terjadi?

Kami telah belajar sebuah pelajaran penting yang disampaikan dengan begitu baik oleh teman saya di Leadership Catalyst.

“Hidup berkelimpahan adalah membandingkan karakter Allah, yaitu kesetiaan dan kemampuan-Nya dengan keadaan tertentu dalam hidup saya dan percaya bahwa karakter Allah mampu mengalahkan keadaan yang sedang saya hadapi saat itu.”

Apa yang disampaikannya sungguh amat benar. Saya telah mendengar begitu banyak pengajaran buruk yang mengatakan bahwa hidup berkelimpahan itu berarti berkat secara keuangan, kesehatan yang sempurna dan kebahagiaan dalam menjalin hubungan. Pengalaman saya secara keuangan naik dan turun, masalah kesehatan dan kehidupan pernikahan yang dipenuhi sukacita dan juga keputus-asaan harus kami lewati silih berganti. Selama bertahun-tahun saya pikir saya telah melakukan suatu yang salah. Dimanakah hidup berkelimpahan itu? Namun akhirnya saya dapat memahaminya. Kehidupan berkelimpahan itu ada di sekeliling saya. Seorang istri yang terus mendampingi saya sehingga saya akhirnya mulai berpaling kepada Tuhan; tiga orang anak laki-laki yang jujur, cerdas dan begitu mengasihi Tuhan; teman-teman yang luar biasa yang selalu mendukung dan mengasihi saya meskipun mereka tahu keburukan dan kekurangan saya. Begitu banyak yang saya miliki bahkan lebih dari apa yang saya butuhkan dan masih banyak yang bisa saya berikan kepada orang lain. Saya percaya memang Allah layak untuk dipercaya.

Kanker payudara yang dialami Joni, istriku, juga telah mengubahkan saya. Secara nalar saya tahu tidak ada jaminan saya masih dapat melihatnya di hari ulang tahunnya nanti atau ulang tahun pernikahan kami yang berikutnya. Kanker yang dideritanya membuat semua hal itu menjadi kabur. Saat itu saya hanya bisa berdoa agar dapat hidup dengan berhikmat dan dapat menikmati setiap momen dari hari demi hari yang kami lalui.

Teman saya Mike kehilangan istrinya yang tercinta beberapa tahun lalu. Baru-baru ini sambil minum kopi ia menyampaikan perasaannya kepada kami, tiga orang pria yang sudah menikah, dan mengatakan betapa ia masih sangat merindukan istrinya. Dia mengatakan sebuah perkataan yang sangat menginspirasi saya.

Guys, biarkan saya menyampaikan sesuatu kepada kalian. Jangan pernah abaikan istrimu. Mungkin kamu berpikir kamu tidak mengabaikannya, tapi sebenarnya kamu melakukan hal itu. Jangan pernah anggap biasa kehadiran istrimu karena kalian tidak pernah tahu apakah kalian masih memiliki hari esok.”

Mike bicara berdasarkan pengalamannya akan rasa sakit. Saya sadar saya masih mengabaikan istri saya. Saya tahu saya masih tidak mencintainya dengan cara yang baik setiap saat. Tapi saya juga tahu saya lebih baik dibandingkan dulu. Dan istri saya melihat itu, dia dapat merasakannya. Dan yang paling penting adalah istri saya percaya bahwa saya berubah menjadi lebih baik. Saya tahu tidak setiap pernikahan dapat dipertahankan. Saya pernah mengalami saat dimana saya mempertanyakan apakah pernikahan ini dapat dipertahankan? Puji Tuhan, kami tidak pernah menyerah.

Melalui semua masa sulit dan saat-saat buruk, Tuhan telah membuktikan kesetiaan-Nya dan Ia dapat dipercaya. Tuhan menebus setiap perasaan sakit di hati dan setiap cobaan yang harus kami lalui. Tuhan membentuk saya melalui badai kehidupan dan kasih-Nya memulihkan kehidupan saya. Ada sebuah iklan di televisi tentang hidup dalam kemakmuran. Saya tidak hidup makmur tapi saya hidup berkelimpahan dengan seorang wanita yang saya cintai dengan segenap hati. I’ve gotta be honest with you. I’m good with that.

Sumber : Dave Burchett / crosswalk.com
Halaman :
1

Ikuti Kami