Mengimbangi Ketidakdewasaan Anak

Parenting / 11 July 2010

Kalangan Sendiri

Mengimbangi Ketidakdewasaan Anak

Lestari99 Official Writer
3544

Ada seruan di masyarakat masa kini untuk memerdekakan anak-anak. Penganut liberalisme social terus-menerus berbicara mengenai ‘hak anak-anak’. Bahkan saya melihat beberapa tulisan dari organisasi Kristen yang terang-terangan mendesak orangtua untuk melindungi hak anak-anak mereka, mengizinkan mereka untuk bebas berekspresi, mendapatkan hak pribadi, hak untuk harga diri, dan seterusnya. Menurut kelompok ini, masalah terbesar pada anak-anak hari ini adalah orangtua mereka sudah menginjak-injak hak mereka.

Ini merupakan gaung dari humanisme; ini bukan pandangan alkitabiah. Ketika Firman Tuhan membahas peranan anak-anak dalam keluarga, penekanan diberikan pada tanggung jawab, bukan hak. Dan tanggung jawab utama dari setiap anak adalah mentaati orangtuanya.

Mereka mempunyai masalah yang mendasar, dan itu karena mereka adalah anak-anak. Meski terlepas dari kecenderungan mereka untuk berbuat dosa, mereka dikelilingi oleh kelemahan manusia – kebodohan, ketidakdewasaan, dan kelemahan dalam semua segi - yang membuat mereka perlu mentaati otoritas yang lebih tinggi yang diberikan Tuhan kepada orangtua mereka. Mereka belum siap untuk mandiri.

Bahkan Yesus, yang tidak berdosa dan tidak bercacat, harus belajar untuk taat sebagai seorang Anak Manusia. Tentu saja, Yesus tidak pernah tidak taat atau berbuat dosa. Di dalam kemanusiaan-Nya, Dia menjadi seorang anak yang sesungguhnya. Dia tidak bercacat, tidak berdosa, sama sekali tidak dicemari oleh kerusakan moral yang menimpa kita semua. Namun sebagai pribadi yang “takluk kepada “Hukum Taurat” (Galatia 4:4), Dia menempatkan diri-Nya lebih rendah di bawah otoritas orangtua-Nya di bumi sesuai dengan Hukum Kelima. Dan Dia sungguh-sungguh menundukkan diri kepada mereka (Lukas 2:51).

Ini adalah kebenaran yang luar biasa: bahkan Yesus belajar ketaatan. Di dalam kemanusiaan-Nya, ketaatan adalah sesuatu yang harus diajarkan kepada-Nya. Firman Tuhan berkata, “Ia telah belajar taat dari apa yang telah diderita-Nya” (Ibrani 5:8). Bagaimana Dia yang sama sekali tidak berdosa, Tuhan yang Mahatahu di dalam tubuh manusia, dapat belajar sesuatu, khususnya ketaatan? Tidak seorang pun yang dapat menguraikan semua misteri dalam konsep itu.

Akan tetapi, Firman Tuhan dengan jelas berkata bahwa Yesus sungguh-sungguh bertumbuh dan belajar, dan pertunbuhan serta pembelajaran-Nya sebagai seorang anak sama seperti anak kecil yang lain, kecuali bahwa Dia tidak berdosa. Dia bertumbuh dengan empat cara: “Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia” (Lukas 2:52). Yesus bertumbuh secara intelektual, jasmani, sosial dan rohani.

Semua anak perlu bertumbuh dengan keempat cara yang sama. Sebagai anak-anak, mereka kurang dalam hikmat, mereka membutuhkan pertumbuhan jasmani, mereka perlu bertumbuh dalam menyenangkan Tuhan, dan mereka belum memperoleh semua ketrampilan sosial yang mereka butuhkan untuk berhubungan dengan orang lain. Mereka sarat dengan semua kelemahan dari sikap ketidakdewasaan, ditambah dengan kutuk dan dosa, dan ini sendiri merupakan tugas kita untuk mempersiapkan mereka menghadapi kerusakan moral dunia.

Sumber : John MacArthur ? Kiat Sukses Mendidik Anak Dalam Tuhan
Halaman :
1

Ikuti Kami