Wanita Australia pertama yang memenangkan turnamen Wimbledon, event yang paling prestisius di dunia tenis profesional, kini mencurahkan waktunya untuk berbagi kasih Yesus Kristus.
Margareth Smith Court adalah satu dari lima pemain tenis yang memenangkan Grand Slam – menyapu bersih empat kejuaraan – Australia Terbuka, Prancis Terbuka, Wimbledon dan AS Terbuka pada tahun yang sama. Ia mencapai prestasi tersebut di tahun 1970.
“Lalu semua orang berkata, ‘Yah, dia sudah mencapai puncak karirnya.’ Lalu kemudian saya memiliki bayi dan memutuskan untuk memiliki tujuan yang lain,” ujar Court pada CBN News. “Saya belum selesai. Saya ingin menjadi ibu pertama yang menjadi nomor satu di dunia. Dan saya mencapai tujuan itu juga.”
“Nama panggilannya adalah ‘The Arm’,” ujar Mark Stenning, CEO dari International Tennis Hall of Fame. “Dia seorang gadis pemalu dengan tinggi enam kaki, dia dapat meraih bola dari arah manapun karena ukuran badannya yang luar biasa, sebagaimana orang Australia pada umumnya di masa itu. Ia juga memiliki pukulan yang luar biasa.”
Secara keseluruhan, Court memenangkan 62 pertandingan selama tahun 1960-an sampai 1970-an baik dalam nomor tunggal, ganda maupun ganda campuran – lebih banyak dari para pemain pria maupun wanita dalam sejarah tenis.
“Kehidupan di dunia tenis sangat menarik di masa itu,” kenang Court. “Saya menyukainya. Saya selalu tahu sebagai seorang gadis kecil itu adalah hadiah dari Tuhan.”
Tennis Magazine memcatat namanya sebagai salah satu atlet kelas dunia dari 20 pemain terhebat di abad 20.
“Ketika saya mengingat Margaret Court, saya mengingat satu kata, dan itu adalah karir yang panjang dan fokus yang kita bicarakan,” ujar Stenning. “Menjadi peringkat nomor satu di dunia sebanyak tujuh kali dalam satu dekade – belum ada yang melebihinya. Dia adalah Hall of Famer sejati.”
Perjalanan Iman
Pencapaian Court yang luar biasa di lapangan tenis membuatnya masuk sebagai International Tennis Hall of Fame di tahun 1979. Namun baginya imannya kepada Yesus Kristus lebih berarti daripada penghargaan tenis.
“Saya pikir setiap pemain terkenal atau olahragawan tahu bahwa ada kuasa yang lebih besar dari apa yang mereka lakukan,” ujar Court.
Court berkata sebelum menjadi orang Kristen, dia pergi ke gereja setiap hari Minggu dan berdoa, tapi ia pikir Tuhan itu jauh – di suatu tempat di langit. Saat ia memasuki gereja di Prancis, ia menyadari ada sesuatu yang lebih mengenai Tuhan.
“Mereka berbicara dalam bahasa Latin dan Prancis, dan saya hanya bisa berkata, ‘Tuhan, saya tidak mengerti apa yang mereka katakan. Saya ingin mengenalmu dengan cara yang lebih dalam,” ujar Court menjelaskan.
Tuhan menjawab doanya. Di tahun setelah ia memenangkan Grand Slam dan setelah dua orang temannya bersaksi kepadanya – satu di Amerika dan lainnya di Australia – Court menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamatnya.
“Saya memberikan hati saya kepada Kristus dan dilahirkan kembali. Roh Kudus memenuhi saya, kuasa Tuhan menghantam saya dan saya memiliki pengalaman yang nyata bersama-Nya. Saya tidak pernah kehilangan itu,” ujar Court.
‘Anda Dapat Mengenalnya Juga’
Court rindu mereka yang berada di dunia tenis juga memiliki pengalaman yang sama.
“Saya berkata, ‘Saya tahu jika saya mati, saya akan pulang bersama Tuhan’. Dan saya berkata kepada mereka, ‘Apakah Anda ingin seperti itu juga? Anda dapat memilikinya’. Lalu saya mengeluarkan secarik kertas dan berkata, ‘Ikuti saya mengucapkan doa ini karena saya ingin melihatmu di surga. Anda bisa berada di sana bersama saya’. Sangat sederhana. Ratusan orang melalui kesederhanaan itu akhirnya memberikan hati mereka kepada Kristus,” ujarnya menjelaskan.
CBN News berbicara dengan Court, saat ini 67 tahun, di Tulsa, Oklahoma dalam event Empowered 21: The Global Congress on Holy Spirit Empowerment in the 21st Century, dimana ia menjadi salah satu pembicaranya.
“Saya selalu tahu kuasa Tuhan dalam hidup saya, dan bahasa surgawi telah mengubah hidup saya. Di dalam pelayanan ini khususnya, ada pengurapan kesembuhan yang sangat kuat dalam pelayanan kami,” ujar Court.
Ketika dia berada di luar negeri, Court menjabat sebagai senior minister di Victory Life Centre Perth, Australia barat.
Tantangan Terbesar Belum Terlewati
Court melihat bab-bab dalam hidupnya dan berkata bahwa tantangan terbesar dalam hidupnya belum terlewati, bahkan selama bertahun-tahun dalam sirkuit tenis profesional. Dia ingin diingat lebih sebagai penolong orang untuk mengetahui siapa diri mereka di dalam Kristus.
“Anda dapat melihat anak-anak muda datang ke dunia ini, dan hidup mereka kacau, lalu kemudian Anda melihat Firman Tuhan dan Roh Tuhan mengubah hidup mereka,” ujar Court. “Bagi saya hal itu jauh lebih menarik daripada memenangkan Wimbledon.”
Court adalah wanita yang tahu bahwa kemenangan sejati bukanlah pencapaian pada akhir pertandingan tapi pada akhir kehidupan, ketika Tuhan akan berkata kepadanya, “Baik sekali perbuatanmu hai hamba-Ku yang baik dan setia.”
Sumber : cbn.com