Hotma Purba:Pelarian Berujung Keselamatan

Family / 29 June 2010

Kalangan Sendiri

Hotma Purba:Pelarian Berujung Keselamatan

Lestari99 Official Writer
5374

Hidup di jalanan membuat Hotma mulai mengenal judi dan seks. Hasil yang didapatkannya di jalanan ia gunakan untuk memuaskan diri.

“Pertama kali bermain perempuan nakal, jujur saya merasa takut. Karena saya tahu itu dosa. Tapi karena lingkungan pergaulan seperti itu, jadi saya terpaksa mengikuti. Tapi setelah itu, saya menjadi ketagihan. Setiap minggu minimal empat kali saya bermain seks. Kenikmatannya justru di situ, sebagai lelaki saya merasa puas,” kisah Hotma mengenai awal kejatuhannya dalam dosa seks.

Saat itu Hotma tidak memiliki pekerjaan. Melalui bantuan temannya, ia berhasil membuka sebuah kios untuk berjualan koran. Namun masalah pun mulai datang ketika ia mencoba untuk menolong temannya. Teman Hotma itu dilarang berjualan oleh seseorang. Geram atas perbuatan orang tersebut, Hotma pun berniat memberi pelajaran meskipn salah seorang temannya sudah menyarankan untuk menyelesaikannya secara damai. Besi 1,5 meter pun dibawanya sebagai senjata.

Dengan hati yang terbakar dan wajah yang bringas, Hotma mendatangi orang tersebut. Tanpa basa-basi, Hotma langsung melayangkan besi yang dibawanya ke tubuh orang tersebut. Setelah melampiaskan kemarahannya, musuh yang tak berdaya itupun ditinggalkannya begitu saja tanpa merasa bersalah. Hal seperti itu memang biasa dilakukan Hotma di lingkungannya, hanya saja saat itu ia menggunakan besi sebagai senjatanya.

Hotma yakin bahwa orang yang baru dianiayanya tidak mungkin melaporkannya ke polisi. Hotma berpikir besok pasti semuanya akan diselesaikan secara damai. Namun apa yang dipikirkannya tidak terjadi.

Di tengah asyiknya menyantap makanan, Hotma didatangi segerombolan orang yang tidak ia kenal. Dengan berpakaian preman, polisi langsung memborgol tangannya. Ditambah lagi tongkat besi yang baru saja digunakan untuk menganiaya masih ada bersamanya dan barang itupun dijadikan sebagai barang bukti. Pada awalnya Hotma menyangka ia diculik karena ia tidak mengenali polisi berpakaian preman itu sebagai petugas penegak hukum.

Atas perbuatannya itu, Hotma dijebloskan ke dalam tahanan. Hanya penyesalan belaka yang ada dalam dirinya.

“Pikiran saya saat itu benar-benar berkecamuk. Pertama, saya ingin cepat-cepat keluar dari situ. Karena nasi yang harus saya makan di situ tidak cocok dengan nasi yang saya makan setiap hari. Kedua, saya merasa tertekan di sana. Baru 30 menit saya berada di dalam tahanan Polsek, pintu gembok sel yang keras itu sudah dihantamkan ke kepala saya oleh napi lain yang berada satu sel dengan saya. Saya juga dipukuli. Kejadian itu yang membuat saya takut berada di Polsek. Ternyata nyali saya di jalanan tidak berhasil di dalam tahanan. Otomatis saya mati nyali,” kisah Hotma.

Dua minggu lamanya ia mendekam di dalam sel tahanan dan kemudian dijebloskan ke dalam penjara. Tak lama kemudian Hotma bebas dan bisa menghirup udara segar.

Suatu hari Hotma dikunjungi seorang teman yang mengajaknya untuk bekerja. Ternyata ia diajak untuk berjualan ganja. Tergiur dengan keuntungan yang besar, Hotma pun langsung mengiyakan ajakan temannya. Satu kilogram ganja pun diberikan kepadanya untuk dijual.

Dengan nekat, Hotma menjual barang haram tersebut. Ia terbuai dengan hasil yang ia capai. Hotma sangat berhati-hati dalam menjalankan aksinya. Ia hanya menjual ganja kepada orang yang dikenalnya. Hasil pertama dari penjualan ganja tersebut ia habiskan untuk berfoya-foya. Judi dan wanitalah tempat pelampiasan hatinya.

Suatu malam Hotma melakukan suatu hal yang bodoh. Perlakuan biadab dilakukannya bersama teman-temannya. Tak ada rasa iba nampak di wajah mereka. Dengan bantuan teman-temannya, Hotma memperkosa seorang wanita di depan kekasihnya sendiri.

Hari demi hari Hotma terus berjualan ganja untuk mendapatkan hasil yang berlimpah. Namun Hotma bermasalah dengan salah seorang langganannya. Pembayarannya selalu terlambat sedangkan Hotma mendapatkan tekanan dari bosnya. Hotma pun akhirnya memutuskan untuk melarikan diri ke Lampung. Tapi baru saja ia hendak naik bis, bosnya sudah ada di situ. Senjata api langsung diarahkan ke kepala Hotma. Hotma dibawa ke mobil dan diancam untuk dibunuh saat itu juga. Ketakutan begitu menguasai Hotma. Saat itulah Hotma ingat untuk berdoa kepada Tuhan, memohon agar dilepaskan dari situasi mengerikan yang sedang dihadapinya.

Saat itu tiba-tiba saja bosnya memberikan kelonggaran kepada Hotma dan memberikan waktu tambahan baginya untuk melunasi hutangnya. Berjanji melunasinya dalam tiga hari, Hotma pun dilepaskan saat itu juga.

Di hari yang dinantikan, Hotma belum juga bisa mendapatkan apa yang ia butuhkan. Saat sedang menikmati tidur siangnya, dua belas orang menyambangi tempat kediamannya. Hotma kembali dipenuhi ketakutan yang amat sangat. Ia sadar kalau dirinya jatuh ke tangan mereka, tidak akan ada lagi kata ampun baginya.

Rasa ketakutan yang mendalam ia rasakan saat itu. Seakan-akan kematian sudah di depan matanya. Tapi sekali lagi Hotma berhasil lolos dengan melarikan diri dari pintu belakang.

Untuk sementara waktu Hotma bisa lolos dari ancaman itu. Namun hal itu tidak berlangsung lama tatkala ia bertemu dengan adiknya. Adik Hotma menceritakan bahwa seluruh harta miliknya sudah diambil dan sepucuk surat diserahkannya kepada Hotma. Di surat itu tertulis kalau sampai satu minggu Hotma tidak juga melunasi semua hutang-hutangnya, maka adiknya akan mereka habisi. Memikirkan keselamatan adiknya, malam itu juga Hotma membawa adiknya pergi dan meninggalkan kios korannya begitu saja.

Tak terhitung sudah kejahatan yang dilakukan Hotma hingga ia mengalami kejenuhan yang sangat membelenggu hidupnya. Ketakutan selalu menghantuinya. Tak ada rasa aman bagi hidupnya.

“Ketika bos saya mengancam dengan senjata api, saya benar-benar merasa kosong, lemah dan tidak mampu untuk berdiri. Ketika saya dikelilingi oleh anggotanya bos saya itu, saya pun pada saat itu merasa tidak sanggup lagi untuk menjalani hidup. Hidup saya seperti dikejar-kejar oleh bayangan mereka semua. Di manapun saya berada, saya selalu merasa was-was karena kesalahan fatal yang pernah saya lakukan terhadap bos saya itu,” ujar Hotma.

Akhirnya Hotma menemui seseorang untuk menceritakan permasalahannya. Dan di sana ia merasakan sesuatu yang berbeda. Di suatu ibadah yang ia ikuti, Hotma merasakan sesuatu yang belum pernah ia rasakan. Di sana ia mendapatkan apa yang ia cari.

“Hati yang letih lesu dan berbeban berat, marilah datang kepada-Ku. Aku akan memberikan kelegaan kepadamu. Inilah yang saya cari. Saya merasa sudah bosan dan jenuh. Beban saya yang selama ini saya pikul sendiri, sekarang mau saya serahkan kepada Tuhan. Itulah titik puncak saya mau dekat lagi kepada Tuhan. Begitu saya mendengar ayat itu, saya melihat kembali hidup saya. Saya hanya berkata kepada Tuhan, ‘Tuhan, ampuni saya kalau selama ini saya menduakan Engkau, kalau selama ini saya mengecewakan Engkau. Saya tidak mau lagi melakukan hal-hal seperti itu.’ Perlahan-lahan, saya meninggalkan semuanya satu demi satu. Saya merasakan kelegaan yang baru. Saya merasa sudah diperbarui oleh Tuhan dan saya percaya Tuhan akan kembali menopang saya,” ujar Hotma menceritakan titik balik dalam hidupnya.

Hotma yang dahulu hidup dalam kejahatan dan maksiat, Tuhan angkat dan Tuhan pulihkan. Saat ini ia melayani masyarakat kurang mampu dan menemukan kembali arti hidup yang sebenarnya.

“Saya bersyukur kepada Tuhan karena Tuhan itu baik, masih mau menerima saya. Yang dulunya hidup saya sangat kacau balau, banyak melakukan dosa, tapi di atas semua itu Tuan masih mau menerima saya,” ucap Hotma menutup kesaksian hidupnya yang luar biasa. (Kisah ini ditayangkan 29 Juni 2010 dalam acara Solusi Life di O’Channel).

Sumber Kesaksian:
Hotma Purba
Sumber : V100607184513
Halaman :
1

Ikuti Kami