Anak-anak jarang menangkap pesan secara benar untuk pertama kali. Itulah sebabnya mengapa kurikulum Sekolah Minggu yang terbaik mempunyai banyak pengulangan dan peninjauan kembali yang tidak terpisahkan.
Putra sulung saya, Jeremiah, hanya berumur tiga tahun ketika kelas Sekolah Minggunya memulai pelajaran formal. Saya suka mendengar dia menceritakan kembali kisah-kisah itu kepada saya, dan saya kagum melihat betapa akuratnya dia dengan hal-hal yang terperinci. Bahkan saya lebih kagum bahwa pikirannya yang masih kecil ini dapat menyerap begitu banyak. Tetapi dia tidak selalu merinci dengan tepat.
Suatu Minggu dia sedang menceritakan kepada saya kisah tentang babtisan Yesus. Dia menceritakan dengan suara yang menggelegar, dan tanpa berhenti untuk menarik napas: “Yesus menghampiri pria ini, Yohanes, yang membabtiskan orang, dan Dia berkata, ‘Babtiskan Aku’. Dan Yohanes berkata dia tidak dapat melakukan itu karena dia tidak cukup baik, tetapi Yesus berkata lakukan saja.”
“Benar sekali,” saya berkata sambil memberi selamat kepada diri sendiri bahwa putra saya adalah pendengar yang baik.
“Jadi Yohanes membabtiskan Yesus,” Jeremiah melanjutkan. Dia mengecilkan suaranya hingga terdengar berbisik. “Dan kemudian suatu hal yang sangat aneh terjadi.”
“Apakah itu?” saya berbisik kembali.
“Bebek besar itu jatuh ke bawah,” dia berkata.
Saya melihat gambar yang telah diwarnainya. Memang benar, Yohanes sedang membabtiskan Yesus ketika seekor burung turun dari langit. Jeremiah, yang berpikir guru itu telah berkata ‘bebek (duck)’ dan bukan ‘merpati (dove)’, telah menghiasi burung itu dengan lingkaran dari bebek liar dan paruh yang besar sekali.
Paling tidak dia telah memahami inti dari kisah itu. Saya gembira bahwa dia telah menyerap sebanyak mungkin pelajaran sesuai kemampuannya. Dan dia sangat terkesan untuk menemukan bahwa saya telah mengetahui kisah itu. Dia menghabiskan sebagian besar waktu di siang itu untuk menekankan kepada saya beberapa hal terperinci. Pada saat Jeremiah berumur enam tahun, dia mengetahui sedikit mengenai otoritas Yohanes Pembabtis. Sekarang di usia remaja, dia mengajarkan pelajaran Alkitab kepada anak-anak lain.
Ulangan 6:6-7 mencatat perintah Tuhan kepada seluruh bangsa Yahudi: “Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.”
Prinsip itu tetap berlaku. Mengajarkan kebenaran rohani kepada anak-anak kita adalah kewajiban yang tidak pernah berakhir, terus-menerus. Tetapi hal itu juga suatu hak istimewa yang besar sekali dan sukacita luar biasa. Anda adalah pembimbing rohani yang utama dari anak Anda. Jangan mengelak dari peranan itu. Jangan izinkan diri Anda terintimidasi atau merasa putus asa sehingga melepaskan tanggung jawab ini. Inilah hal yang terindah menyangkut orangtua.
Sumber : Kiat Sukses mendidik Anak Dalam Tuhan ? John MacArthur