Remaja Liberia Membuat Perhiasan dari Peluru
Sumber: canva

Spirituality / 25 June 2010

Kalangan Sendiri

Remaja Liberia Membuat Perhiasan dari Peluru

Lois Official Writer
3503

Lovetta Conto, seorang remaja Liberia yang baru berumur 17 tahun, hanyalah seorang warga yang tinggal di kamp pengungsian Ghana. Conto sudah terpisah dari ibunya pada saat usianya 18 tahun saat dia dan ayahnya meninggalkan negaranya karena perang sipil. Ketika dia berumur lima tahun mereka ke Ghana dan menghabiskan waktu sembilan tahun di sana dalam kamp pengungsian di antara 47.000 orang lain.

“Saya merasa kesepian karena saya berada di negara lain dimana saya tidak begitu diterima. Saya selalu ingin kembali ke kampung halaman saya. Tapi saya tidak punya pilihan karena negara saya dalam perang sipil dan hanya itulah tempat yang bisa saya tuju.” Kisahnya saat pengalamannya waktu kecil.

Ayahnya meninggalkan Conto dengan sanak keluarga mereka agar dia bisa membiayai sekolah Conto. Namun, kebanyakan Conto tidak bisa bersekolah karena tidak punya uang yang cukup. Terkadang Conto ke sekolah tanpa makan dan lapar dan tidak banyak air sehat yang bisa diminum.

Tahun 2005, seorang Amerika bernama Cori Stern mengunjungi kamp tersebut. Stern merupakan pendiri Strongheart Fellowship, organisasi yang berdedikasi untuk menolong anak yatim dan anak terlantar.

Usia 12, Conto bertemu Stern. Di saat itulah Stern mulai mengusahakan agar Conto keluar dari kamp. Butuh waktu dua tahun agar Conto bisa mendapatkan Visa Amerika. Jadi pada umur 14, dia meninggalkan ayahnya di Ghana dan pindah ke Amerika sebagai bagian dari program Strongheart.

Menyesuaikan diri dalam kehidupan Amerika sangatlah berat bagi Conto. Dia tidak bisa terima bila dia membandingkan kekayaan yang ada di sekitarnya dengan kemiskinan tempatnya bertumbuh. Namun, pengalaman tersebut mengubahnya.

“Jika sesuatu terjadi kepadamu, jangan terlalu pegang terlalu keras, tapi Strongheart mengajarkan kepada saya bagaimana untuk melepaskan hal tersebut dan mengekspresikan perasaan saya dan bagaimana berharap akan hal-hal yang baik dalam hidup saya. Itulah yang telah mengubah hidup saya, untuk saya dapat mencintai diri sendiri.”

Conto lalu memulai membuat perhiasan sebagai bagian dari proyek Strongheart. Dengan mengutamakan sekeliling tempat dia dibesarkan dan juga penduduk di sana, Conto mendapat ide untuk membuat sesuatu dari peluru yang ada dalam perang sipil Liberia.

Conto sendiri memang menyukai fashion dan pernak-pernik yang dipakai oleh orang-orang yang dia temui. Conto sekarang telah menjual ratusan kalung yang dinamai Akawelle yang diartikan sebagai ‘cinta’. Di peluru tersebut tertulis kata ‘life’ atau kehidupan yang diartikan walau dari hidup yang penuh kekerasan sekalipun, bisa muncul kehidupan baru yang indah.

“Saya ingin mempertahankan kenangan akan kehidupan penduduk di negara saya. Karena saya berpikir saya bisa menggunakan uang ini untuk membantu orang lain, anak-anak yang orangtuanya meninggal dalam perang, atau anak-anak yang tidak mempunyai kesempatan seperti saya sekarang ini.”

Keuntungan dari penjualan kalung Akawelle tersebut digunakan Strongheart House untuk membangun rumah di Robertsport, Liberia bagi anak-anak muda dari seluruh dunia. Rumah itulah yang menjadi rumah bagi Lovetta dengan 11 anak lainnya.

Saat ini dia mencoba untuk masuk dalam majalah remaja untuk menginspirasi anak-anak muda di Afrika, dan dia membuka diskusi kelompok di Robersport untuk menguatkan remaja putri. Saat ini Conto sudah bertemu kembali dengan ibu yang terpisah darinya selama ini.

Memang benar. Dalam kehidupan yang paling keras sekalipun, dalam perang yang sepertinya tidak berkesudahan dan tidak ada harapan hidup yang bisa dijadikan pegangan, Tuhan bisa buka jalan bagi siapa saja, sama seperti Dia buka jalan bagi Lovetta Conto.

Sumber : cnn/lh3
Halaman :
1

Ikuti Kami