Hanya sedikit orang yang rela bergelut dengan kotoran manusia. Namun Sumadi (39), warga Desa Warujayeng, Kabupaten Nganjuk yang sehari-hari bekerja sebagai PNS di Puskesmas Jatikalen, Nganjuk, memiliki pikiran yang berbeda. Berawal dari keprihatinannya dengan kondisi lingkungan yang kurang sehat karena kebiasaan masyarakat yang membuang air besar di sungai dan kakus-kakus tradisional, Sumadi pun mengeluarkan ide untuk menyehatkan lingkungannya dengan membuat septic tank.
Apa yang dilakukannya bukanlah sebuah hal yang mudah. Meskipun Bapak dua anak ini sudah mulai merintis pengolahan tinja untuk biogas sejak tahun 2001, tapi meyakinkan warga sekitar akan pentingnya septic tank sangat sulit untuk dilakukan. Ditambah lagi dengan latar belakang penduduknya yang sebagian besar berprofesi sebagai petani kecil dan buruh tani. Pembuatan septic tank yang mencapai Rp 1,8 juta per unitnya dianggap sangat memberatkan bagi warga. Dengan berbagai macam cara, Sumadi pun menurunkan harga pembangunan sehingga hanya dibutuhkan biaya Rp 850 ribu. Namun hal ini belum mendapatkan tanggapan yang positif dari warga.
Melihat kondisi warga yang kurang memungkinkan, Sumadi pun akhirnya memutuskan untuk membangun septic tank gratis bagi mereka, namun endapan tinja dan biogas dari septic tank itu akan diambilnya. Ide inipun disambut baik oleh warga karena dianggap saling menguntungkan.
Septic tank ala Sumadi terdiri atas tiga jamban yang merupakan lubang penampungan, peresapan dan biogas yang bisa digunakan dalam kurun waktu 8-10 tahun. Hasilnya cukup menggembirakan. Saat ini septic tank karya Sumadi sudah menyebar ke berbagai kecamatan di Nganjuk. Sumadi bangga karena berhasil memotivasi warga untuk membudayakan hidup sehat dengan menjaga kebersihan lingkungan.
Dalam salah satu kisah perjuangannya, Sumadi bertutur bagaimana salah seorang warga yang tidak mau dibuatkan septic tank karena rumahnya dekat dengan sungai. Namun karena kebanyakan warga sudah menggunakan septic tank, warga tersebut akhirnya mau untuk dibuatkan septic tank secara gratis.
Dari 19 kecamatan di Nganjuk, kini sudah ada 2.800 unit septic tank buatan Sumadi yang dipakai warga. Hasil dari kerja kerasnya ini baru dapat dinikmati Sumadi di tahun 2012 mendatang berupa biogas dan endapat tinja untuk pupuk.
Sumadi memang tidak bekerja sendirian untuk menyehatkan lingkungan desanya ini. Ia merangkul pihak lain untuk membiayai pembangunan ribuan septic tank dan usaha pengolahan biogas serta endapan tinja. Bahkan sebagian pupuk olahan dari endapan tinja ini sudah di uji coba pada tanaman bawang merah (brambang). Hasilnya diperoleh brambang yang jauh lebih berkualitas. Dengan pupuk buatannya, 1 kwintal brambang hanya susut 3-4 kg padahal kalau tanpa pupuk brambang bisa susut sampai 40 kg.
Septic tank karya Sumadi tidak hanya digunakan warga Kabupaten Nganjuk tapi sudah meluas ke daerah lain di jawa Timur seperti Kediri dan Madiun. Bahkan beberapa daerah di Jawa Tengah sudah mengadopsi karya Sumadi.
Atas hasil karya Sumadi yang brilian itulah ia akhirnya mendapatkan penghargaan Kalpataru dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ir Totok Prastowo dari bagian Lingkungan Hidup pemkab Nganjuk dan juga merupakan salah satu motivator Sumadi mengatakan syarat penghargaan Kalpataru adalah sebuah karya tidak hanya dinikmati warga sekitar tetapi juga warga daerah lain.
Semenjak memulai usahanya di tahun 2001, baru pada tahun 2007-lah Sumadi mendapatkan penghargaan untuk pertama kalinya dengan menjadi juara III bidang pelestari lingkungan hidup se-Jatim. Dan pada tahun 2008 karyanya mulai dikembangkan ke Kediri dan kota lainnya. Di tahun 2010 barulah Sumadi memperoleh penghargaan dari Presiden.
“Tidak terbayang sebelumnya. Saya yang hanya orang biasa ternyata bisa menjadi tamu khusus presiden di Istana Negara. Saya merasa haru sekali,” ujarnya.
Melalui proyek septic tank-nya ini Sumadi berharap warga tidak lagi takut akan penyakit karena kebersihan lingkungannya saat ini sudah terjaga. Warga tidak perlu lagi membuang air besar sembarangan dan bisa merasa malu bila rumahnya tidak ada jamban terutama bila kedatangan tamu.
Kesempatan besar sedang menanti Sumadi saat ini. Atas prestasinya tersebut, Sumadi mendapat job sebagai narasumber di berbagai daerah, salah satunya dari Bank Dunia. Ia dianggap berkredibilitas untuk mengembangkan materi pengolahan tinja dan pembuatan biogasnya dan menunjukkannya kepada negara-negara lain yang membutuhkan. Sumadi mengatakan pekerjaan barunya itu akan mulai dijalaninya di bulan Juli 2010 mendatang.
Salah satu bukti yang patut kita contoh. Ketekunan Sumadi dalam mengerjakan sesuatu pada akhirnya berbuah manis setelah melahui tahun-tahun yang melelahkan dan penuh dengan tantangan namun ia tak pernah mengenal kata menyerah.
Sumber : vivanews