Mendidik Anak Dengan Menamparnya?

Parenting / 2 June 2010

Kalangan Sendiri

Mendidik Anak Dengan Menamparnya?

Lois Official Writer
4744

Sejumlah dilema yang dihadapi anak-anak lebih bersifat nilai daripada disiplin. Anda menginginkan anak Anda mampu memutuskan sendiri apa yang harus dilakukan. Tak mungkin Anda memaksakan anak Anda untuk menerapkan nilai-nilai yang Anda anut, tetapi Anda bisa membantunya mempertimbangkan perilakunya dari segala segi.

Perlukah saya menampar?

Dulu, anak kecil dipukul oleh orang dewasa adalah hal yang terjadi sehari-hari, berlangsung di depan banyak orang, dan tak seorang pun peduli. Dewasa ini, seseorang yang melukai anak kecil pasti akan berurusan dengan polisi.

Samakah memukul dengan menampar? Bukankah menampar sekali-sekali diperlukan agar anak mau menurut dan disiplin? Dari sisi seorang anak, tamparan selalu membuatnya merasa takut sekaligus terhina. Dari sisi orangtua, tamparan bisa memunculkan resiko yang lebih besar – karena tak ada batasan yang bisa mencegah tamparan jadi pukulan, dan pukulan menjadi pelampiasan kemarahan orangtua yang frustasi.

Mampukah kita dengan jujur mengatakan kapan kita memukul anak demi ‘kebaikan’ si anak sendiri, dan kapan kita memukul anak demi pelampiasan beban yang mengimpit kita? Mampukah kita dengan jujur mengatakan kita marah semata-mata karena memang anak kita nakal, dan bukannya karena sedemikian banyak beban yang menekan kita sehingga kita perlu pelampiasan?

Menampar sama sekali tidak berguna. Tamparan melunturkan cinta dan kepercayaan. Banyak anak yang belajar bersikap kebal terhadap tamparan. Orangtua yang marah dan menampar anaknya di tempat umum justru dengan jelas menunjukkan bahwa ia kehilangan kendali atas anaknya, dan bukan sebaliknya.

Mengapa orangtua menampar / memukul anaknya?

Kalau mau jujur mengakui faktanya, kita memukul anak karena dorongan dari kebutuhan kita sendiri, kita kuatir tak mampu lagi mengendalikan anak-anak kita. Saat berurusan dengan anak-anak yang lebih kecil, kita sudah kehabisan energi untuk mengasuh mereka. Kita kecapaian, merasa kurang tidur, kita tak punya waktu bagi diri sendiri.

Anak-anak belum mampu selalu mengerti perasaan dan perkataan yang kita gunakan terhadap mereka walaupun kita selalu merasakan dorongan besar dalam diri kita untuk membuat anak-anak menuruti atau mengerti kehendak kita. Jadi, menampar atau memukul anak-anak supaya ‘mereka memperhatikan dan menurut’ sebetulnya merupakan dorongan yang alamiah. Kita harus menahan dorongan ini, dan kita bisa melakukannya asalkan kita mengasah terus kemampuan kita untuk melakukan hubungan dengan anak-anak dan membuat mereka mau memperhatikan.

Jadi harus bagaimana?

Tentu saja kita perlu melatih anak-anak untuk bersikap disiplin. Sekadar kata-kata memang tidak cukup, apalagi untuk anak-anak yang masih kecil-kecil. Sekali-sekali kita memang perlu memegangi dan menahan anak-anak kita yang masih kecil untuk membantu mereka tenang dan bersikap baik. Cara lain yang bisa Anda lakukan adalah dengan mengangkat dan menggendong anak Anda.

Pada saat anak menginjak remaja, tak boleh ada cara pendisiplinan yang menimbulkan rasa takut dalam diri anak. Hal ini dapat membawa luka yang dalam di hati.

Alasan lain kita tidak boleh memukul anak adalah anak-anak akan merasa dirinya aman bersama orangtuanya dan akan menceritakan secara terus terang serta terbuka memberitahu orangtua mereka bila terjadi sesuatu yang tidak beres, misalnya bila mereka mengalami pelecehan seksual.

Ambil keputusan sekarang

Buatlah komitmen pribadi bahwa Anda tak akan pernah memukul lagi. Komitmen itu dengan sendirinya membuat Anda berupaya keras menemukan cara-cara menerapkan disiplin tanpa kekerasan.

Yang berumur dua tahun masih harus mendapat banyak perhatian, sementara yang berusia empat belas tahun masih akan tetap penuh gejolak. Anda dapat mengarahkan tahap yang telah Anda pikirkan dengan mantap sehingga kehidupan rumah tangga Anda berjalan menyenangkan. Ingat, selalu terapkan cara yang hanya sesuai bagi Anda.

Kelak anak Anda akan percaya bahwa ayah atau ibunya tak akan pernah satu kali pun menyakitinya secara fisik. Bahwa ia aman di rumahnya sendiri. Betapa menyenangkan suasana yang demikian itu.

Sumber : Buku Mendidik Anak dengan Cinta/lh3
Halaman :
1

Ikuti Kami