Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) merupakan tokoh yang berpeluang besar menjadi mediator insiden serangan Israel terhadap armada kapal bantuan untuk Gaza, Mavi Marmara, Senin (31/5).
Kedekatan SBY dengan negara barat dan timur merupakan nilai tambah yang tidak dimiliki oleh pemimpin negara-negara di dunia ini. Demikian ungkap Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Komaruddin Hidayat pada saat memberikan pidato dalam simposium Nasional Demokrat di Hotel Borobudur, Jl Lapangan Banteng Selatan, Jakarta, Selasa (1/6/2010).
Komaruddin percaya jika radikalisme keagamaan akan semakin berkurang jikalau suami dari Ani Yudhoyono itu tegas menunjukkan perhatiannya terhadap persoalan yang terjadi di kawasan Timur Tengah tersebut.
Sementara itu, Dewan Keamanan PBB telah mengeluarkan pernyataan yang menyerukan penyelidikan imparsial dalam serangan Israel terhadap armada Kapal bantuan untuk Gaza.
Pernyataan tersebut juga mengisyaratakan bahwa penyelidikan harus "cepat, tidak memihak, kredibel dan transparan".
Keluarnya pernyataan yang cukup berani dari dewan PBB ini setelah dilakukan diskusi berjam-jam membahas serangan Israel ke kapal Mavi Marmara, hari kemarin.
Pernyataan dari Komaruddin Hidayat ini merupakan sebuah tantangan bagi SBY, ‘Apakah ia mau menjadi pihak pendamai bagi dunia barat dan dunia timur?’ Ini juga merupakan sebuah peluang bagi SBY dan Indonesia untuk menunjukkan peran penting di mata Internasional. Mari buktikan bahwa bangsa kita adalah bangsa pembawa damai bagi dunia.
Sumber : berbagai sumber