Wanita Pecandu Pornografi Ini Akhirnya Merdeka

Nasional / 6 May 2010

Kalangan Sendiri

Wanita Pecandu Pornografi Ini Akhirnya Merdeka

Puji Astuti Official Writer
4096

Jika bicara tentang pornografi, hal ini biasanya dihubungkan dengan para pria, terlebih lagi dalam dunia Kristen. Namun saat ini diperkirakan bahwa ada banyak wanita yang bergumul dengan kecanduan pornografi, di Amerika saja diperkirakan satu dari enam wanita mengalami kecanduan ini.

Christal Renauld pendiri dari Dirty Girls Ministries ini juga pernah mengalami kecanduan pornografi. Kini, ia telah bebas lebih dari 7 tahun, dan Tuhan memberinya hasrat untuk menolong wanita-wanita lain yang mengalami masalah yang sama seperti dirinya dulu, pornografi dan dosa seksual.

Dirty Girls Ministry adalah sebuah pelayanan yang dilakukan secara online, namun Christal juga menjalankan sebuah kelompok bimbingan yang dinaungi gereja Westside untuk menolong para wanita lepas dari kecanduan seksual.

"Dalam budaya Kristen, perempuan seharusnya menjadi orang-orang non-seksual," jelas Christal. “Ini adalah ketidakadilan ketika gereja tidak pernah secara terbuka membicarakan tentang seksualitas fisik. Tuhan yang menciptakan seks. Tapi musuh (iblis – red) telah memutarbalikkannya.”

Christal sebelumnya mengikuti kursus melalui DVD dan konseling untuk mengatasi kecanduan pornografinya dari American Association of Christian Counselor dan membangun pelayanannya berdasarkan pengalaman hidupnya. Pelayanan yang sudah dimulainya sejak tahun 2008 ini dilakukan dalam bentuk kelompok-kelompok kecil selama sembilan minggu pertemuan.

Penekanan yang diberikan Christal dalam membantu para wanita lain yang mengalami kecanduan ini adalah doa, persekutuan Kristen dan mendapatkan mitra akuntabilitas untuk menjaganya terjatuh kembali pada godaan pornografi.

Pandangan dosa seksual di mayoritas kalangan Kristen adalah “seks kudus” dimana pikiran tentang seks dan hubungan seks di luar pernikahan adalah dosa. Namun seringkali pandangan jijik terhadap permasalahan seks membuat gereja tidak terbuka membicarakannya, sehingga orang takut terbuka dan akhirnya sulit mendapatkan pertolongan. Sudah saatnya gereja terbuka untuk membicarakan masalah seks dan memberikan bantuan kepada mereka yang mengalami masalah tanpa harus memberikan penghakiman. 

Sumber : NY Times
Halaman :
1

Ikuti Kami