Robert LoCascio, Tidak Pernah Berhenti Berjuang

Entrepreneurship / 6 May 2010

Kalangan Sendiri

Robert LoCascio, Tidak Pernah Berhenti Berjuang

Budhi Marpaung Official Writer
2633

Siapa pun yang hendak mempertanyakan tentang apa itu kegigihan sebaiknya harus belajar dengan Robert LoCascio yang tak kenal ampun. Setelah serangkaian kemunduran mengejutkan, termasuk kegagalan perusahaan pertamanya, pengusaha berusia 41 tahun tersebut membuat kesempatan kedua yang sampai saat ini berjalan dengan sukses.

LivePerson yang didirikan LoCascio merupakan perusahaan teknologi yang mendorong konsumen untuk membeli melalui Internet. Teknologi ini memfasilitasi penjualan real-time dan layanan pelanggan, yang memungkinkan pembeli untuk memulai sesi chat online instan dengan perwakilan perusahaan ritel. LivePerson juga menyediakan analisis instan kebutuhan konsumen berdasarkan pola situs web yang mereka klik, yang dimana akan membantu perwakilan ritel mengkonversi sesi chat ke transaksi penjualan.

"Kami memberi kemampuan kepada konsumen untuk mengajukan beberapa pertanyaan mereka agar merasa nyaman belanja," kata LoCascio. "Para konsumen menyukainya karena mereka tidak harus di telepon. Ini cepat dan mereka bisa mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan. "

Rumus ini bekerja. LivePerson tumbuh ditengah-tengah ekonomi bangsa Amerika Serikat yang sedang carut marut. Pada kuartal ketiga 2009, perusahaan meraup pendapatan $ 22.300.000 dan laba bersih $ 2.300.000, dibandingkan laba bersih pada periode yang sama tahun 2008 dengan $ 400.000. Lebih dari 8.000 perusahaan kini memiliki situs Web dengan teknologi LivePerson, termasuk EarthLink, Hewlett-Packard, Microsoft, Qwest dan Verizon.

Sebagai anak dan cucu dari pengusaha, LoCascio sejak awal sudah gatal untuk mencoba berwirausaha sendiri. Setelah lulus pada tahun 1990 dari Loyola University di Baltimore, ia ke bekerja kepada seorang konglomerat internasional yang besar. Namun, hal itu tidak bertahan lama. Enam bulan bekerja disana, perusahan memecatnya.

"Saya di-PHK dengan fax," kenang LoCascio. "Mereka memilih saya karena saya adalah orang termuda dan terbaru. Saya ingat saya tak pernah mau bekerja untuk siapa pun lagi. Itu adalah situasi yang paling melemahkan dalam hidup saya. "

Kekecewaan lainnya pun mengikuti. Selepas menjadi karyawan, sekitar tahun 1991-1995 LoCascio melanjutkan membangun jaringan video interaktif di kampus. Perusahaannya, IKON, tumbuh sementara waktu. "Lalu, pada tahun 1995, pada dasarnya aku harus gulung tikar karena kehabisan uang, dan juga pada saat itu merupakan era-internet. Saya punya banyak hutang kartu kredit, dan saya berutang uang kepada teman dan keluarga, "katanya.

Bertekad untuk membuat internet sebagai temannya dan bukannya musuh, LoCascio menghabiskan paruh kedua tahun 1990-an dengan mendirikan perusahaan, LivePerson. Pada tahun 2000, perusahaan itu menunjukkan kemajuan signifikan sehingga ia pun mengambil keputusan untuk menjual saham di Bursa Efek. Namun, ketika itu ternyata pasar saham internet kurang diminati. 

"Pada bulan Januari 2001, telah cukup jelas bahwa kami akan keluar dari bisnis ini," kata LoCascio. "Kami menghadapi potensi kebangkrutan dalam waktu setahun,” ujarnya.

Bermaksud menyelamatkan perusahaan, LoCascio melakukan restrukturisasi radikal yang mengakibatkan ia dengan sangat terpaksa harus mem-PHK 60 karyawannya. Akan tetapi, hal ini belum cukup untuk menolong LivePerson dari jurang kebangkrutan.

"Hal terburuk yang dapat Anda lakukan ketika itu adalah menceritakan seorang pengusaha yang tidak bisa melakukan apa-apa, sehingga pada saat itu semua orang di perusahaan tersebut hanya memiliki tekad bagaimana perusahan ini tetap bernafas,” ungkapnya.

Setelah keuangan negara AS kembali stabil pasca peristiwa 9/11, LivePerson mulai bangkit. Mereka memenangkan kontrak-kontrak besar dari Bank of America, Apple Inc dan perusahaan lainnya, terutama pada kemampuan kekuatan dalam menganalisa pembelanja dengan menggunakan teknologi. "Kami memungkinkan perusahaan untuk menargetkan orang di situs Web analitis," kata LoCascio.

LivePerson juga memiliki komunitas online di mana orang bisa live chat dengan berbagai macam ahli, seperti psikolog, penasihat spiritual, dokter, maupun pengacara. "Itu sudah memiliki pasar tersendiri. Pendapatan telah mantap disana karena disaat yang tidak menentu, orang membutuhkan nasihat."

Ide komunitas ahli keluar sendiri dari pemikiran LoCascio. Dalam menukangi perusahaannya ke tingkat berikutnya, ia rutin meminta pendapat dari ahli-ahli di luar perusahaannya dan juga tim internal di LivePerson. "Saya mencoba untuk mendapatkan pandangan internal dan eksternal ketika saya membuat keputusan yang sangat penting,"katanya.

Dia juga berpendapat adalah penting untuk "mencari dua hal: keterampilan dan niat," daripada melakukan penerimaan dan pemecatan. Beberapa karyawan loyal tetap puas dengan apa yang diperlihatkan perusahaan selama ini. "Sebanyak yang Anda inginkan agar semua orang bersama Anda dalam perjalanan, Anda malah akan menemukan bahwa banyak orang dari waktu ke waktu, akan terbakar habis," kata LoCascio. "Kami terus berkembang, selalu berusaha memperbaiki diri, dan sebagainya, dari waktu ke waktu, saya pikir Anda harus membawa orang-orang baru untuk menambah energi baru dalam perusahaan."

Melihat kegagalan yang pernah ia alami dalam hidupnya, LoCascio mengatakan bahwa memiliki ketakutan akan kegagalan "adalah hal yang wajar, namun dapat menghambat Anda. Saya sudah melihatnya berkali-kali dalam membangun perusahaan ini selama 15 tahun: Anda selalu menghadapi tantangan dan jika berhenti di tengah jalan, Anda tidak akan pernah tahu apa yang Anda terjadi di dalam kehidupan Anda di depannya."

Sumber : Success Magazine
Halaman :
1

Ikuti Kami