Sewaktu Allah berjanji pada bangsa Israel bahwa Ia akan memberikan umatNya tanah yang berlimpah susu dan madunya (Keluaran 3:8), apakah negeri tersebut memang bisa mengeluarkan madu secara mukjizat sebagaimana manna yang turun dari surga? Atau madu itu keluar seperti air dari batu yang dipukul tongkat Musa? Apakah tanah itu menjanjikan kemakmuran tanpa kerja keras? Itulah kelimpahan yang Allah janjikan? Dengan memahami hal ini, kita bisa lebih bijaksana dalam menerima penggenapan janji-janji Allah di dalam hidup kita.
Kenyataannya tidak demikian. Suatu penemuan di Bet She'an Valley di Israel mengungkapkan bahwa sejak ribuan tahun, penduduk daerah itu sejak zaman dulu beternak lebah hingga ke tingkat industri. Di Tel Rehov, peneliti dari Institut Arkeologi Hebrew University of Jerusalem menemukan adanya tempat penyimpanan sarang lebah di awal periode pemerintahan raja-raja Israel. Inilah pertama kalinya sarang lebah kuno ditemukan di Timur Tengah. Dari penelitian mereka akan situs-situs kuno tersebut, para ahli memperkirakan bahwa setiap tahunnya masyarakat waktu itu menghasilkan setengah ton madu dari sarang-sarang peternakan mereka.
Dengan fakta tersebut, kita dapat melihat bahwa ketika orang Israel berada di Tanah Perjanjian pun, Allah tidak ingin mereka memiliki mental berleha-leha dan pemalas. Allah sangat sanggup melakukan mukjizat, tapi Ia tidak pernah memberikannya sementara kita hanya bermalas-malasan tidak mau berusaha. Bangsa Israel berada di tanah yang diberkati, tapi mereka tetap perlu kerja keras untuk mengusahakannya. Tanah itu tidak tiba-tiba mengeluarkan air mancur madu, tapi perlu dikerjakan untuk mendapatkan hasilnya.
Bekerja bukanlah kutukan. Sebelum Adam dikutuk karena berbuat dosa, Allah sudah memandatkan Adam untuk bekerja, yaitu menjaga dan mengusahakan taman Eden (Kejadian 2:15). Dengan demikian, kita perlu menyadari bahwa kita perlu bekerja, namun bukan akibat kutukan, tapi karena kita yakin itulah cara Tuhan memberkati kita. Amin!
Sumber : RH-Spirit