Ketika Indonesia Dipenuhi Amarah

Internasional / 26 April 2010

Kalangan Sendiri

Ketika Indonesia Dipenuhi Amarah

Puji Astuti Official Writer
3944

Dalam beberapa bulan terakhir ini, bentrokan dan kerusuhan sepertinya terjadi secara beruntun. Mulai dari bentrokan di Kwamki, Papua mulai Januari lalu, hingga kejadian di Makasar dimana terjadi penganiayaan terhadap mahasiwa anggota HMI pada Rabu (3/3), yang berujung bentrok antara mahasiswa dan Polisi.

Lepas dari peristiwa Makasar, Tanjung Priok bergolak dengan bentrok antara Satpol PP dan warga yang mengakibatkan 3 orang tewas dan puluhan orang luka-luka pada Rabu (14/4). Bentrokan berdarah karena usaha penggusuran makam Mbah Priok ini menjadi perhatian seluruh Indonesia karena bentrokan ini ibarat perang saudara yang disiarkan secara langsung melalui media televisi.

Belum juga pengusutan dan investigasi selesai dilakukan atas kasus makam Mbah Priok, Batam bergolak dengan isu penghinaan oleh warga negara asing (WNA) terhadap pekerja Indonesia yang berujung pembakaran mobil dan pemukulan terhadap WNA pada Kamis (22/4) lalu. WNA terutama yang berkebangsaan India tidak berani berkeliaran di Batam lagi dan melakukan eksodus ke negeri tetangga, Singapura.

Hampir di seluruh wilayah Indonesia, ibarat seperti tersiram bensin, dimana sedikit percikan api saja langsung kobaran api menyala dan upaya memadamkannya sangat sulit. Apakah rakyat Indonesia sedang marah? Ini adalah sebuah pertanyaan yang tertuju kepada bangsa ini.

Indonesia marah, karena rakyat kecil sering kali tidak bisa mendapatkan keadilan. Hal ini dibuktikan dengan terkuaknya mafia kasus di berbagai institusi.

Indonesia marah, karena kemiskinan semakin hari semakin menekan. Yang kaya semakin kaya, dan yang miskin semakin miskin. Ini adalah kenyataan yang tidak bisa dipungkiri dibangsa ini. Jika perut lapar, bukankah orang menjadi lebih mudah marah. Jika tidak punya pekerjaan, bukankah kejahatan makin meningkat. Jika pekerja di potong upahnya, bukankah mereka akan marah dan melakukan aksi.

Ya, Indonesia sedang marah, tapi kita harus hentikan aksi anarkis yang terus beruntun ini. Mari sebagai tubuh Kristus dan gereja Tuhan berdiri bagi bangsa ini untuk mengakhir bentrokan demi bentrokan yang terjadi di bangsa ini. Saatnya umat percaya berseru untuk keadilan turun di bangsa ini. Ini waktunya, bagi umat untuk berbagi dengan mereka yang kekurangan.

Mari kita berdoa seperti yang ditulis oleh Nabi Yesaya ini kepada Indonesia, “Hai langit, teteskanlah keadilan dari atas, dan baiklah awan-awan mencurahkannya! Baiklah bumi membukakan diri dan bertunaskan keselamatan, dan baiklah ditumbuhkannya keadilan!” (Yesaya 45:8).

Sumber : Jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami