Sejak diterapkannya ACFTA beberapa bulan lalu, berbagai produk asal China bisa dengan mudah membanjiri pasar Indonesia. Namun sangat menyedihkan, Indonesia justru mengalami kesulitan untuk memasarkan produk ke China. Ini dialami antara lain oleh produk mainan anak buatan Indonesia, demikian diungkapkan oleh Chairman Asosiasi Pengusaha Mainan Indonesia (Apmi) Widjanarko Tjokroadosumarto di Jakarta, Rabu(21/4).
Ada beberapa alasan yang menyebabkan sulitnya mainan anak Indonesia masuk ke pasar China. Salah satunya adalah biaya ekonomi yang tinggi di Indonesia sehingga menaikan biaya produksi. Meskipun gaji buruh di China hanya USD100, tapi mereka biasanya tidak harus mengontrak rumah, tidak seperti buruh di Indonesia yang 30 persen gajinya untuk kontrak rumah.
Widjonarko menambahkan bahwa proses birokrasi di Indonesia yang terlalu berbelit-belit dan lama juga merupakan hambatan. Saat ini kualitas produk mainan anak China mengalami perbaikan karena mereka cepat belajar sehingga mampu bersaing dengan produk negara lain. Sebenarnya dari segi kualitas produk Indonesia tidak kalah namun dari segi harga tidaklah demikian.
Jika pemerintah tidak segera membenahi masalah perburuhan, biaya produksi dan keruwetan masalah birokrasi maka bukan tidak mungkin produk mainan anak Indonesia akan kalah bersaing di Asia. Indonesia memiliki sumber daya yang lebih dari cukup namun hal ini harus didukung dengan pengawasan dan pengelolaan yang benar sehingga mampu menciptakan produk yang berkualitas tinggi dan terjangkau.
Sumber : okezone.com/dan