The Infidel, Cerita Kocak Seorang Mualaf

Internasional / 9 April 2010

Kalangan Sendiri

The Infidel, Cerita Kocak Seorang Mualaf

Puji Astuti Official Writer
11067

Pada hari ini, Jumat (9/4) Inggris merilis sebuah film yang cukup kontroversial berjudul The Infidel. Film “The Infidel” yang artinya adalah “kafir” ini merupakan sebuah film komedi yang mengangkat isu agama Islam dan Yahudi dengan latar belakang kehidupan imigran Pakistan yang ada di Inggris.

Naskah film yang ditulis oleh David Baddiel ini menceritakan kisah seorang sopir taksi yang beragama Islam dari keluarga Pakistan bernama Mahmud Nasir. Ketika ibunya meninggal dunia, sebuah fakta yang mengagetkan muncul, ternyata dirinya diadopsi sejak bayi oleh keluarga Pakistan ini. Mahmud terlahir sebagai orang Yahudi dengan nama Solly Shimshillewitz.

Mahmud yang dimainkan dengan apik oleh Omid Djalili, seorang komedian asal Iran ini mengalami krisis jati diri, dan berusaha mencari tahu identitasnya dan juga keluarga aslinya, dan untuk hal ini dia harus membangun pertemanan dengan seorang sopir taksi Yahudi yang sinis bernama Lenny (Richard Schiff).

Dalam masa pencariannya itu, Mahmud harus menghadapi berbagai cobaan, salah satunya adalah saat anak laki-lakinya bertunangan dengan Uzma yang ayah tirinya, Arshad seorang ulama Islam garis keras.

Mahmud pada saat bersamaan sedang mempelajari agama Yahudi yang merupakan identitas kelahirannya. Dia mengikuti bar mitzvah dan memohon untuk bisa menemui ayah biologisnya yang sedang sekarat. Dalam ke-Yahudian dan ke-Islaman yang diwarisi dari keluarganya inilah, berbagai hal lucu yang dialami Mahmud akan mengocok perut Anda. Sekalipun lucu, film ini dipastikan tidak untuk mengolok-olok kedua agama.

Cerita film ini tidak berusaha mengadu domba dua agama ini. Film ini malah menggambarkan bahwa dua komunitas yang memiliki budaya dan agama yang sangat jauh berbeda dapat menjadi teman baik dengan diwakili oleh Mahmud dan Lenny.

Melalui film ini, David Baddiel ingin mengajak dunia untuk keluar dari anti-semitisme dan Islam garis keras. Menurutnya, fanatisme agama menjadi ancaman terbesar bagi perdamaian dunia, dan inilah jalan yang diambilnya untuk membuat masyarakat dunia untuk melihat agama dengan cara berbeda.

Bukan hanya bagi Yahudi dan Islam, termasuk Kristen dan semua agama serta kepercayaan lain sudah seharusnya keluar dari fanatisme agama sehingga bisa memupuk toleransi antar agama. Dengan cara inilah perdamaian dapat terwujud dan teror dengan alasan fanatisme agama bisa di hapus.

Sumber : Berbagai sumber
Halaman :
1

Ikuti Kami