Sebagai seorang investor atau wirausaha, kita pasti menginginkan investasi atau usaha yang kita lakukan sukses dan bertahan lama. Hanya saja terkadang cita-cita ini tidak sejalan dengan apa yang terjadi di lapangan. Dari ribuan sampai ratusan ribu orang di dunia yang terjun dalam bidang investasi atau usaha mungkin hanya sepersepuluh yang benar-benar bisa menjaga "perahu"nya sampai saat ini.
Salah satu yang membuat banyaknya perusahaan yang jatuh atau hancur karena si investor atau si pengusaha tersebut tidak mempersiapkan dirinya dan perusahaannya menghadapi permasalahan di dunia. Ia tidak memiliki daya tahan ketika situasi buruk terjadi.
Oleh karenanya, agar hal ini tidak terjadi kepada investasi atau usaha Anda maka diperlukan strategi pertahanan. Apa saja strategi yang dimaksud? Berikut jawabannya
1. Tentukan Brand dan Positioning Produk. Usahakan brand dan positioning Anda sesuai dengan target market dan dapat mewakili karakteristik dari barang yang diproduksi. Brand aksesori untuk anak misalnya, tentunya harus dapat mewakili jiwa dan cita rasa anak-anak.
2. Tentukan Lokasi Penjualan. Lokasi penjualan ditentukan oleh lokasi calon pembali. Calon pembeli harus mudah mencapai lokasi penjualan sehingga strategi pemasaran dapat berjalan dengan baik.
3. Dekati Calon Pembeli Dengan Perkenalan Brand dan Positioning Produk. Anda dapat melakukannya dengan mengikuti event semacam bazaar, membuat website atau blog, menyebarkan flyers, hingga membuat iklan dan memuatnya di media cetak maupun elektronik.
4. Buat Penawaran Menarik. Di enam bulan pertama sebaiknya dibuat beberapa penawaran yang dapat menarik minat calon pembali untuk mencoba menggunakan produk Anda. Ubah penawaran pada waktu-waktu tertentu hingga posisi brand dan positioning produk Anda kuat di benak calon pembeli. Saat brand dan positioning produk sudah mulai dikenal, tetaplah hati-hati karena justru saat inilah kondisi mulai berbahaya. Para pesaing Anda di fase ini sudah mulai mengenal Anda.
5. Network. Perluas jaringan dengan membuka hubungan. Misalnya dengan meminjamkan produk menjadi properti dalam majalah, mensponsori event yang sesuai dengan segmen konsumen, atau membuka lokasi penjualan baru. Dengan begitu, konsumen akan tambah mengenal produk Anda.
6. Mengembangkan Usaha. Jika di awal Anda merintis usaha, segmentasi target market Anda adalah anak-anak, Anda boleh saja merambah ke segmen anak baru gede (ABG). Selama jenis usaha dan jenis produknya tidak jauh berbeda, Anda tinggal menyesuaikan strategi marketing yang sudah ada.
7. Kuatkan hati. Menjalankan usaha sendiri tentu cukup melelahkan, menyita waktu dan pikiran. Ketika orang lain memperoleh penghasilan tetap setiap bulan, Anda harus memikirkan berbagai pengeluaran. Inilah seni dari menjalankan usaha sendiri.
8. Nama Brand Usaha. Sangat tidak disarankan untuk Anda memilih nama brand produk yang sama persis dengan nama brand lain yang telah ada. Ini bukannya akan memajukan usaha Anda, justru akan mematikan usaha Anda hanya dalam hitungan bulan saja.
Sumber : tipsanda