Bila ada yang harus direformasi di Indonesia, maka dunia pendidikan adalah salah satu yang harus dirubah. Tidak hanya secara kelembagaan saja, tetapi juga sistem pendidikannya. Jangan sampai maksud baik untuk mendidik murid berubah menjadi luka yang mendalam seperti yang dialami Vika Miftahul Jannah, Siswa kelas X-4 pada Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Meulaboh, Aceh Barat, Nanggroe Aceh Darussalam.
Gara-gara dipukul guru olahraganya saat mata pelajaran Olahraga di Sekolah, rabu (17/3) lalu, Vika kini mengalami trauma serius. Bukan apa-apa, guru senior yang memiliki nama lengkap Dra Hj Cut Mariani alias Cut Ani tersebut memukul korban dengan kayu pemukul bola kasti yang menyebabkan paha si peserta didik lebam membiru.
Dari keterangan teman-temannya yang menyaksikan peristiwa itu, Vika menerima pukulan karena salah menyebutkan angka saat semua rekan-rekannya diminta gurunya berhitung dan menyebutkan angka sesuai dengan urutan posisi mereka saat berbaris.
Kepala SMAN 2 Meulaboh Marwanto, yang ditanyai para wartawan berkenaan kasus kekerasan pendidik dengan anak didik mengaku telah berulang kali mengingatkan sang guru bersangkutan untuk tidak ringan tangan, namun sepertinya hal itu tidak pernah digubris. Oleh karenanya, kini pihak sekolah menyerahkan sepenuhnya penanganan kasus yang melibatkan salah satu guru tempatnya memimpin ke dinas pendidikan kabupaten.
Zaman sudah berubah dan begitupun pola pendidikan yang harus diterapkan kepada anak-anak baik di rumah maupun sekolah. Kekerasan bukanlah cara terbaik untuk mendidik. Pemberian sanksi yang lebih kreatif adalah solusi paling tepat untuk masalah yang satu ini.
Sumber : Kompas.com/bm