Pendidikan anak terkadang menjadi hal prioritas bagi orangtua yang ingin mempersiapkan masa depan yang terbaik bagi anaknya. Karena itu sebagai orangtua, Anda perlu merencanakan keuangan dengan cermat sejak saat ini. Apalagi banyak perbankan yang menawarkan beragam jenis tabungan untuk masa depan anak. Anda dapat mempelajarinya dan mencari yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan.
Safir Senduk dalam bukunya ‘Mempersiapkan Dana Pendidikan Anak' menuliskan beberapa kesalahan yang terjadi dalam merencanakan pendidikan anak. Beberapa di antaranya adalah:
1. Menganggap pendidikan anak adalah investasi. Mencari sekolah terbaik bagi anak Anda adalah sebuah kewajiban bagi orangtua, bukan suatu investasi. Sehingga tidak pada tempatnya jika nanti Anda mengharapkan balas budi ketika anak Anda besar, sudah bekerja dan harus menanggung seluruh kehidupan Anda di hari tua.
2. Menganggap anak pasti bekerja setelah selesai kuliah. Menyelesaikan kuliah ataupun pendidikan lainnya hanyalah memiliki arti bahwa anak Anda sudah selesai menuntut ilmu. Setiap orangtua harus memahami hal ini. Sedangkan masalah kerja adalah hal lain. Tidak ada korelasi secara langsung bahwa anak yang sudah selesai kuliah akan bekerja (mencari uang).
3. Makin tinggi pendidikan maka penghasilan pun akan makin besar. Ini adalah sebiah anggapan yang salah. Dalam dunia kerja, tinggi rendahnya penghasilan seseorang tidak disebabkan oleh tingkat pendidikannya saja, tapi ada banyak faktor lain seperti dedikasi, sikap mental, minat terhadap pekerjaan, ketersediaan lapangan kerja, dll. Ilmu dan uang tidaklah selalu sejalan.
4. Orangtua tidak tahu berapa besar biaya pendidikan yang dibutuhkan. Banyak orangtua yang sudah menabung untuk pendidikan anaknya tapi banyak juga di antara mereka yang tidak tahu apakah tabungan tersebut sudah cukup atau belum. Salah satu faktor dalam merencanakan keuangan adalah tujuan yang jelas sehingga Anda mempunyai arahan yang benar.
5. Tidak melengkapi tabungan dengan proteksi. Tabungan untuk pendidikan anak harus dilengkapi dengan proteksi. Sehingga ketika terjadi sesuatu pada orangtua, tujuan finansial membiayai pendidikan anak akan tetap tercapai. Proteksi yang dimaksud adalah proteksi asuransi.
Setelah mengetahui kebenaran di atas, Anda tak perlu lagi pusing-pusing memikirkan mana yang lebih penting, tabungan atau asuransi. Karena kini banyak bank yang menawarkan program tabungan pendidikan anak. Berbeda dengan tabungan biasa, Anda harus menabung sejumlah uang tertentu secara rutin yang dihitung berdasarkan dana yang ditargetkan. Beberapa jenis tabungan pendidikan kini juga memiliki unsur proteksi seperti halnya asuransi.
Secara umum, sebaiknya pembagian persentase tabungan rutin adalah sebagai berikut: 5% untuk simpanan arus kas (financial buffer), 10% untuk tabungan jangka panjang termasuk dana pendidikan (menggunkaan wahana beresiko rendah), 5% untuk investasi jangka panjang (menggunakan wahana beresiko sedang-tinggi). Sehingga total tabungan rutin adalah sebesar 20% dari penghasilan.
Asuransi pendidikan biasanya memberikan dua fungsi yaitu proteksi (melindungi) dan investasi. Adanya fungsi proteksi berarti menanggung resiko kematian atas diri Anda dengan jumlah pertanggungan sesuai dengan biaya pendidikan anak yang sudah disepakati dalam polis. Sedangkan fungsi investasi berarti adanya pengelolaan dan menginvestasikan sebagian premi yang telah Anda bayarkan. Nantinya perusahaan asuransi akan memberikan sejumlah dana sebesar yang sudah disepakati dalam polis dan dibayarkan pada saat anak akan masuk sekolah.
Pertimbangan-pertimbangan yang Anda perlukan sebelum memutuskan mengikuti asuransi pendidikan:
Dengan demikian, pilihlah wahana finansial untuk pendidikan anak Anda sesuai dengan skala prioritas dan penghasilan Anda. Semakin penting pendidikan anak untuk Anda, maka semakin besar Anda perlu menyiapkan diri untuk menabung dana pendidikan bagi anak-anak Anda.
Sumber : mediaindonesia