Jangankan kencan makan malam dan nonton berdua, beberapa minggu terakhir ini Tita dan Anton justru sibuk mengejar deadline dan target pekerjaan masing-masing. Belum lagi, si balita yang seperti tidak mengenal kata "tunggu" saat butuh perhatian ayah dan ibunya. Maklum, hampir setiap hari Tita dan Anton pulang larut malam.
Kunci: keseimbangan
Tita dan Anton sadar, ada yang "tidak beres" dengan keseharian mereka. Baru saja Tita mau bilang "selamat malam", tahu-tahu Anton sudah mendengkur. Paginya, waktu Anton mau sarapan dan mendatangi Tita, yang dikiranya sedang berdandan di kamar, ternyata Tita sudah melesat pergi untuk bertemu klien. "Terisolir" adalah kata yang tepat untuk menggambarkan situasi yang dihadapi Tita dan Anton. Karena jadwal harian yang ketat, keduanya tidak bisa lagi berkomunikasi. Padahal, sebelumya mereka punya jadwal kencan minimal sekali sebulan.
Pentingnya keseimbangan
Apa yang hilang dari kehidupan Tita dan Anton adalah "keseimbangan". Mengurus dan merawat anak, mencari nafkah dan mengembangkan diri, serta memelihara hubungan suami-istri, semuanya penting. Kita tinggal menyeimbangkannya, jangan sampai salah satu lebih berat dari yang lainnya. Untuk ini diperlukan konsistensi, energi dan strategi. Masalahnya, ada masanya manusia tidak cukup punya energi karena rutinitas monoton yang akhirnya membelenggu.
Hati-hati stres!
Rutinitas monoton biasanya menimbulkan stress, yang bisa mengganggu hubungan suami-istri. Akibatnya, komunikasi terputus, hubungan membeku, dan kejenuhan memuncak. Jangankan pasangan menjadi tempat berbagi rasa, justru pasangan dan anak-anak menjadi bulan-bulanan dari kelelahan dan kejenuhan. Untuk memperbaiki ini semua, awalnya, sadari hal yang harus diubah. Lalu, lakukan introspeksi. Mengapa Anda stres? Mungkin stres muncul akibat sikap hidup yang keliru, atau kebiasaan buruk yang perlu segera diubah.
Setelah dapat mengenali pokok masalah dalam diri, cobalah atasi. Jika perlu bantuan, ajak pasangan bertukar pikiran. Memang tak otomatis dengan bantuan pasangan, masalah selesai. Tapi, paling tidak, beban jadi lebih ringan. Mengurai pokok masalah satu persatu adalah langkah terbaik jika Anda tak mau masalah-masalah kecil terulang lagi di masa datang.
Strategi praktis
Untuk memperbaiki suasana, cara-cara berikut bisa Anda coba:
Minggu I : Lakukan introspeksi dengan merenungkan prioritas hidup dan susun komitmen.
Ketika keluarga menjadi rangking pertama dalam prioritas hidup, Anda punya komitmen untuk mengutamakan keluarga. Jadi, jika Anda bermasalah dengan anak-anak, tentu Anda akan segera menyelesaikan, baru kemudian memperhatikan hal lain. Demikian pula, jika Anda jenuh dengan pasangan, dan kesibukan menjadi penghalang hubungan Anda dengan pasangan, Anda tentu perlu ‘menyingkirkan' rutinitas dan memfokuskan perhatian pada hubungan Anda dan pasangan. Dari sini, cobalah mulai menyusun rencana untuk mengatasi masalah dengan membangun komunikasi yang baik.
Minggu II: Beri ‘hadiah' pada diri sendiri dan pasangan.
Sisihkan waktu dan juga uang untuk menghadiahi diri sendiri. Anda berhak mendapatkan ini karena selama ini telah bekerja keras dan patuh pada jadwal di rumah dan tempat kerja. Menghadiahi diri sendiri tak selalu berarti membelikan benda favorit untuk diri sendiri atau pasangan. Memberi kesempatan untuk rileks sejenak bersama anak dan pasangan adalah cara lain yang dapat Anda coba. Pikirkan cara praktis dan efektif untuk melakukannya.
Minggu III: Komunikasi efektif dan intens.
Meski setiap hari Anda bertemu dan berbicara pada pasangan sebelum beraktivitas, namun komunikasi melalui e-mail atau SMS terkadang jauh lebih efektif. Melalui bahasa tulisan, eksplorasi masalah kadang jadi lebih efektif. Jika sedang di rumah dan punya kesempatan mengobrol, matikan televisi, telepon genggam atau alat lain yang dapat menginterupsi pembicaraan. Tidurkan si kecil lebih awal, sehingga Anda punya banyak kesempatan untuk memikirkan diri sendiri dan pasangan.
Minggu IV: Rencanakan liburan berkesan.
Anda dapat mulai memikirkan tujuan liburan bersama anak dan pasangan. Tentu Anda perlu memilkirkan juga apa yang dapat dinikmati bersama pasangan berdua, tidak hanya untuk Anda dan si kecil. Bicarakan berdua dan susun rencana yang paling oke. Meski hanya beberapa hari, jika berkesan, rasanya liburan itu tidak akan terlupakan dan mampu menyegarkan kembali hubungan yang mulai menjenuhkan.
Anda memang harus berupaya menciptakan sebuah lingkungan yang mendukung terbentuknya hubungan suami-istri yang sehat. Tentu waktu berkualitas menjadi salah satu syarat utama. Penekanan pada komunikasi positif pun perlu diutamakan. Selain itu sikap saling hormat dan bertatakrama pada pasangan juga tidak boleh ditinggalkan.