Penelitian terbaru pada tikus menunjukkan bahwa hilangnya penciuman dapat menjadi indikator awal penyakit Alzheimer.
Orang-orang dengan penyakit Alzheimer sudah diketahui menderita kehilangan indera penciumannya. Tetapi penelitian terbaru ini menemukan hubungan langsung antara munculnya plak amiloid - potongan-potongan gunk di otak yang menyebabkan penyakit Alzheimer - dan memburuknya indera penciuman.
Temuan-temuan ini dilaporkan dalam edisi Januari 13 Journal of Neuroscience.
Peneliti menemukan bahwa munculnya plag pertama kali di otak tikus yang mempengaruhi indera penciuman. Saat diuji, tikus-tikus dengan plakat harus menghabiskan waktu lebih banyak menghirup bau untuk mengingatkan mereka, dan mereka merasa sulit membedakan bau.
"Apa yang mencolok dalam studi kami adalah kinerja tikus pada tes perilaku penciuman sensitif sangat kecil bahkan jumlah kehadiran amiloid di otak sejak usia 3 bulan (setara dengan seorang dewasa muda)," demikian ungkap penulis Daniel W. Wesson, dari New York University School of Medicine dan Nathan S. Kline Institute for Psychiatric Research di Orangeburg, NY dalam sebuah berita yang di rilis di universitas tersebut.
"Temuan ini diungkap karena tidak seperti scan otak, sebuah laboratorium pengujian penciuman mungkin merupakan alternatif termurah untuk diagnosis dini Alzheimer," kata Wesson.
Penelitian ini perlu di tindak lanjuti karena sangat penting untuk penanggulangan penyakit Alzheimer ini. Minimal, jika Anda merasa indera penciuman Anda bermasalah, jangan menganggapnya remeh. Periksakan diri Anda ke dokter THT secepatnya.
Sumber : yahoo.com