Sayangnya, di tengah kondisinya yang lemah tersebut, ia tetap melakukan puasa Daniel yang hanya minum air putih dan makan nasi putih tersebut. Di tengah keluhannya, teman-temannya mempercayai bahwa ia sedang menjalani proses. Dan ketika ia menghembuskan nafas terakhirnya pada 5 Januari lalu, teman-temannya meyakini bahwa ia akan bangkit kembali. "Kami berkeyakinan Eni sedang dibawa oleh malaikat untuk melindungi atau memastikan adanya surga dan neraka. Nanti pada hari ke lima akan dibangkitkan lagi ke alam dunia," Elizabeth menjelaskan.
Peristiwa ini sempat tercium oleh masyarakat luas dan meyakini bahwa ini adalah salah kegiatan sesat dari kepercayaan Kristiani. Tetapi didapati bahwa mereka bukanlah pengikut sekelompok aliran sesat manapun. Pendeta Yohanes, pelayan GBI Kosambi Baru, Jakarta merespon bahwa apa yang mereka yakini justru terlampau ekstrem tanpa pengertian yang benar. "Apa yang mereka lakukan masih dalam koridor iman bukan aliran menyimpang atau sesat. Hanya saja mereka terlampau meyakini yang diajarkan sehingga melakukan tindakan ekstrem," ujarnya.
Pendeta Yohanes juga menyayangkan inisiatif tindakan mereka ini tidak dikoordinasikan dengan gereja setempat. Maka akibatnya, gereja pun tak bias memantau aktifitas jemaatnya ini. Kegiatan berpuasa yang sering disebut puasa mutih tersebut juga bukanlah sebuah kewajiban yang harus dijalankan meski kondisi fisik sudah tidak kuat. Ia juga menyesali ketiga rekan Eni yang lain tidak segera menghentikan puasa mereka setelah mengetahui salah satu dari mereka ada yang tidak kuat.