Ketaatan Maria

Kata Alkitab / 6 January 2010

Kalangan Sendiri

Ketaatan Maria

Budhi Marpaung Official Writer
13762

"Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia." (Lukas 1:38)

Sebelum Yesus lahir ke dunia ini, Allah pertama kali mengirimkan seorang malaikat-Nya yakni Gabriel ke dunia untuk menemui seorang wanita muda yang akan menjadi ibu dari Sang Juruselamat manusia. Tahukah Anda bahwa sebenarnya kedatangan malaikat Gabriel membuat Maria kaget dan ketakutan? Meskipun begitu, ia tidak lari dari situasi tersebut. Sebaliknya, ia mendengarkan dengan cukup tenang sehingga dapat memahami pesan Allah yang disampaikan oleh malaikat kepada dirinya. Maria hanya mengajukan pertanyaan sederhana, "Bagaimana itu bisa terjadi?"

Maria tidak mempertanyakan panggilan Allah dalam hidupnya. Ia hanya minta klarifikasi. Iia ingin memahami mekanisme bagaimana sesuatu yang sepertinya bertentangan dengan hukum alam dapat terjadi. Setelah malaikat menjawab pertanyaan itu, ia menyerahkan diri sepenuhnya kepada rencana Allah.

Saya bisa membayangkan bahwa jika seorang malaikat muncul kepada seorang gadis remaja hari ini dengan berita mengejutkan, yakni Anda akan punya bayi, walaupun Anda adalah seorang perawan dan belum menikah - akan ada banyak pertanyaan atau seruan yang berbunyi "Tidak Mau!" Saya yakin Maria menyadari masalah yang akan dihadapi, tetapi ia tahu bahwa apa yang ia lakukan pasti berkaitan dengan misi Tuhan bagi hidupnya sehingga ia tidak bersuara apapun mengenai segala hal negatif yang dialaminya. Sebaliknya, ia tenang dan percaya bahwa jika ini adalah rencana Allah baginya pasti adalah rencana yang terbaik.

Hal ini memberitahu kita suatu hubungan Maria dengan Tuhan. Imannya cukup dalam sehingga ketika perintah Allah datang, ia tidak menolak. Maria menerimanya karena ia sadar bahwa ia adalah pelayan Tuhan dan harus taat dengan apa yang dikatakan tuannya. Mungkin hal inilah yang menyebabkan Tuhan memilihnya sebagai ibu yang mengandung Yesus dan itu sangatlah tepat.

Alkitab tidak menuliskan mengenai bagaimana reaksi orang tua Maria ketika diberitahu oleh puterinya tersebut bahwa ia akan hamil. Mungkin mereka skeptis atau bahkan marah dan kecewa dengannya. Pengiriman Maria ke rumah Elizabeth adalah salah satu dasar kuat bagaimana orangtuanya menghindari pandangan negatif dari masyarakat sekitar.

Yusuf sebenarnya juga merasa malu dengan kehamilan Maria dan merencanakan untuk menjauhkan diri dari wanita dengan melanggar pertunangan mereka. Namun, ketika malaikat muncul padanya, meneguhkan cerita Maria, Yusuf taat kepada rencana Allah bagi hidup mereka. Saya yakin bahwa Maria, Yusuf, dan keluarga mereka mengalami semua konflik emosi yang kita lakukan hari ini ketika dihadapkan dengan situasi yang tampak berjalan di luar kendali dan mengubah hidup kita secara total. Kadang-kadang Allah meminta kita untuk melakukan hal-hal yang membawa sikap skeptis dan kritik dari orang-orang di sekitar kita. Sering kali, ketaatan kepada Allah akan melibatkan beberapa ketidaknyamanan.

Walaupun Maria mendapat kasih karunia dari Allah, hidupnya tidak tanpa penderitaan. Setelah melihat bayi Yesus di Bait Allah, Simeon meramalkan bahwa sebuah pedang akan menembus jiwa Maria. Maria masih hidup selama pelayanan Yesus, penangkapan, pengadilan, dan hadir ketika anaknya disalibkan. Ia melihat penggenapan rencana Allah, tetapi ia juga mengalami penderitaan sebagai seorang ibu ketika ia melihat anaknya mati secara brutal.

Ujian sejati iman dan kepercayaan kita datang dalam ketaatan kepada Allah. Saya ingin tahu apa yang akan terjadi jika, kita seperti Maria; apakah kita akan dengan senang hati menerima tawaran dari Allah, tanpa pertanyaan atau penundaan, atau malah mencari-cari alasan agar terhindar dari rencana dan tujuan Allah untuk hidup kita.

Oleh: Candy Arrington - Candy adalah pemenang kontes menulis "Blue Ridge Mountain Christian Writers Conference contest" pada tahun 2001 dan 2003 kategori artikel yang belum pernah dipublikasikan sama sekali dan juga sempat menjadi juri kontes "Writers Digest self-published book contest" pada 2004.

Halaman :
1

Ikuti Kami