Tahun Baru: Hindarkan Diri Dari Depresi

Psikologi / 30 December 2009

Kalangan Sendiri

Tahun Baru: Hindarkan Diri Dari Depresi

Tammy Official Writer
4492
\"TahunMemasuki tahun baru, kiranya setiap orang memasuki tahun baru dengan rasa optimisme dan keyakinan diri akan pengharapan masa depan yang baik. Tetapi memang kehidupan tak semudah itu. Terkadang optimisme kita terkikis oleh peristiwa yang kita alami, atau justru diri kita sendiri yang memilih untuk memadamkan optimisme tersebut.

Bila rasa tak berdaya dan ketidakmampuan menyerang kita secara intens, maka ini akan menuju pada bentuk distres emosional yang disebut depresi. Bila tak ditangani, depresi bisa berakumulasi menjadi masalah yang serius.

Depresi juga tak bisa dianggap remeh karena berpotensi memberi dorongan bunuh diri yang cukup kuat. Manfaatkan hubungan dengan orang-orang terdekat untuk menyalurkan perasaan dan segera carilah pertolongan ahli bila stres tak teratasi.

Mitos: "Saya tak ingin membebani orang lain dengan masalah saya".
Fakta: Berbicara dengan teman, atau dengan terapis, akan sangat membantu Anda keluar dari rasa kesepian dan putus asa. "Pada usia lanjut, orang lebih rentan mengalami depresi. Itu sebabnya mereka butuh dukungan dari lingkungannya," kata Burt.

\"TahunMitos: "Saya orang yang berprinsip dan yakin dengan semua keputusan saya."
Fakta: Orang yang kurang terbuka terhadap sosialisasi dan bersikap pasif reaktif adalah pribadi yang rentan terhadap depresi. Biasanya orang dalam kelompok ini memiliki kecenderungan kuat untuk berpikir sendiri serta selalu berupaya memecahkan masalah sendiri tanpa menyertakan pertimbangan dari orang lain, lingkungan, atau kenyataan. Hal spesifik yang sering dilakukan penderita depresi adalah sering menghukum diri sendiri dengan pemikiran yang sebenarnya membuat mereka susah sendiri.

Mitos: "Ini bukan depresi, ini cuma mood swing karena menopause."
Fakta: Apa pun yang membuat Anda merasa depresi, sekalipun itu karena menopause, Anda butuh bantuan yang nyata untuk keluar dari kondisi ini.

Mitos: "Punya anak seharusnya membuat bahagia."
Fakta: 15-20 persen ibu yang melahirkan berpotensi mengalami baby blues. Gejala depresi yang paling umum pasca melahirkan adalah perasaan kosong yang luar biasa, merasa tidak berguna dan tidak berharga, banyak menangis, dan lain sebagainya. Berbagi pekerjaan dalam perawatan anak, menulis buku harian, dan menceritakan perasaan pada suami, orangtua, teman, atau dokter, bisa dilakukan untuk mencegah depresi berkembang lebih jauh.

Ingatlah selalu ketika Anda sedang mengalami down ataupun depresi bahwa Tuhan yang adalah Pencipta Anda adalah Pribadi penuh kasih yang ingin mendengar keluhan permasalahan Anda. Mungkin suatu ketika manusia tak bisa membantu memulihkan Anda dari depresi Anda. Maka cari dan temukanlah sukacita sejati di dalam hubungan Anda dengan Tuhan.

Sumber : kompas.com/Tmy
Halaman :
1

Ikuti Kami