Jika ditelusuri lebih lagi, penyakit mematikan ini lebih banyak menyerang eks TKI yang bekerja di luar negeri yang mencapai 15 persen, pekerja seks komersial 14 persen, pekerja swasta 10 persen, PNS/guru dan petani masing-masing 5 persen, lalu pelajar/mahasiswa 2-3 persen. Dari pencermatan atas data tersebut, kasus HIV/AIDS di NTT ternyata 86 persen di antaranya menyerang orang-orang yang bukan berprofesi sebagai pekerja seks komersial (dimana 12 persen di antaranya adalah ibu rumah tangga).
Faktor penyebab terjadinya kasus penyakit menular di NTT ini dikarenakan desakan ekonomi, pendidikan, psikologis, dan faktor sosial masyarakat lainnya yang mendorong orang melakukan hubungan seks secara bebas tanpa kendali. "Gonta ganti pasangan dalam melakukan hubungan seks, merupakan bentuk penularan yang paling tinggi termasuk para ibu rumah tangga yang bisa jadi ditularkan oleh suaminya ataupun sebaliknya," ujar Husein Pancratius, Sekretaris Eksekutif Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) NTT.
Apa yang terjadi di NTT merupakan kemalangan bangsa bersama. Kaum wanita seharusnya mendapat akses informasi dan pendidikan yang baik untuk menentukan keputusan-keputusan atas kehidupannya sendiri. Jika kaum wanita memiliki pengetahuan dan pendidikan yang benar, dimulai dari dirinya ia bersama suaminya akan membangun keluarga yang harmonis dan masyarakat yang sejahtera dan bebas penyakit.
Sumber : vivanews.com/Tmy