Orangtua Cerai, Aku Jadi Berandalan

Family / 17 December 2009

Kalangan Sendiri

Orangtua Cerai, Aku Jadi Berandalan

Tammy Official Writer
6951
Adalah seorang sutradara muda bernama Hendra Louis Alexander, di balik hasil-hasil karyanya, tersimpan kenangan yang suram yang penuh dengan penderitaan. Perceraian orangtuanya membuat Louis kecil harus tinggal bersama nenek dan kakeknya. Semenjak ia baru berusia satu minggu, ia sudah tidak bersama mama dan papanya.

Louis bertumbuh dalam kepedihan yang selalu menyelimuti hatinya ketika melihat temannya bersama orangtua mereka. "Melihat teman-teman saya digandeng papa mama mereka selalu membuat hati saya tidak kuat melihat pemandangan seperti itu. Tidak kuat karena, saya membutuhkan itu. Saya selalu bertanya-tanya dalam hati saya kenapa orangtua saya pisah, kenapa saya dilahirkan, kenapa saya harus ada jikalau orangtua saya ingin meninggalkan saya?" Louis berkisah.

Louis pun harus mengalami penyiksaan dari pamannya yang menambah kelam jalan hidupnya. Louis pernah mengalami dipukuli oleh pamannya jika Louis tidak bias mengerjakan sesuatu. "Sampai besi pernah melayang di tubuh saya," tutur Louis. Perlakuan pamannya seolah-olah Louis dan kakak prianya seperti binatang saja.

Dunia ini tidak adil bagi hidupnya, ia tak tahu harus mengadu kemana. Dirinya seakan harus selalu siap menghadapi penderitaan. Setiap ia dihajar oleh pamannya, ia berjanji dalam hatinya bahwa ia akan membalas pamannya ketika ia besar nanti.

Hendra Louis AlexanderBelum sempat terbalaskan rasa sakit hati dalam batin Louis, pamannya pun kembali menambahkan goresan dalam luka itu. "Saya merasakan besi ditaruhkan di kepala saya, termos air panas dipukulkan ke kepala saya, termos itu langsung pecah. Dalam keadaan telanjang, dan saya dikurung di dalam drum. Saya begitu ketakutan, saya benci sekali dengan paman saya. Di dalam drum saya cuma berdoa, "Tuhan lebih baik saya mati sekarang, karena jika tidak, ia yang akan mati."

Berbagai penyiksaan yang dialaminya membuat Louis bertumbuh menjadi anak yang berontak dan brutal. "Dengan berantem saya ingin nunjukkin - Ini saya, sebagai seorang laki-laki. Saya bukan seorang yang penakut, saya seorang yang pemberani, saya seorang yang gak mau ditindas. Jika ada yang menindas saya, saya akan melawan," Louis bercerita bagaimana dahulu sebagai seorang remaja ia adalah sosok remaja pemberontak.

Louis seakan ingin melampiaskan semua penderitaan batinnya kepada semua orang tanpa perduli akibatnya. Bersama teman-temannya, ia bahkan pernah menghabisi seorang polisi dengan seragam sekolahnya ketika ingin berangkat ke sekolah di pagi hari. Amarahnya pun tak sekedar dilampiaskan di luar rumah, Louis kini tak segan-segan untuk melampiaskannya di dalam rumah.

Suatu hari di rumahnya ketika sedang makan, Louis didatangi oleh pamannya sambil dikatai dengan kasar. Louis yang sudah besar pun tak bisa menahan emosinya, ia langsung memukul pamannya hingga pamannya terjatuh. Louis pun melanjutkan aksi balas dendamnya dengan menginjak-injak pamannya. Untung saja tantenya datang dan langsung memeluk Louis. "Tante saya berkata, ‘Hentikan... Seminggu lagi tante akan menikah.' Mendengar itu saya luluh," ujar Louis.

Louis mengancam kepada pamannya selagi dilerai oleh tantenya, "Kalo lu macem-macem... Kalo dulu waktu gw masih kecil, boleh... Tapi sekarang gw dah besar, hati-hati... Apapun yang lu lakukan ke diri gw, akan gw lawan. Titik!"

Atas saran kakak perempuannya, Louis menemui ayah kandungnya setelah 17 tahun tak berjumpa. "Waktu itu saya ketemu papa, dua kakak saya samperin papa. Saya cuma melihat dari jarak 20 meter dengan rokok di tangan saya, saya melihat dia sambil berpikir itu bokap kandung saya. Tetapi tiba-tiba dia nyamperin saya, membawa saya masuk ke rumah dibawa ke dapur. Tiba-tiba dia menghajar saya sambil bertanya siapa yang mengajari saya merokok. Saya melihat ke dalam matanya sambil berkata dalam hati, ‘Dah setahun gw gak makan dari tangan lu, dah tujuh belas tahun gw gak dibesarin dari tangan lu... Berani-beraninya lu mukulin gw. Liat aja lu nanti.'"

Malam-malam ketika semua orang sudah tidur, Louis diam-diam masuk ke kamar ayahnya sambil membawa pisau. Ia ingin untuk membunuh ayahnya. Masuk ke dalam kamar ketika ia ingin menusuk pisau ke ayahnya, di samping ayahnya tidur seorang anak dari pernikahan selanjutnya ayahnya. Masih berusia sekitar satu tahun. "Tiba-tiba ada suara besar yang saya dengar - Jika kamu membunuh ayahnya, siapa lagi yang akan menjadi ayah untuknya?"

Louis pun membatalkan niat membunuhnya dan lari. Semenjak hari itu, Louis tidak pernah lagi bertemu dengan ayahnya.

Hendra Louis AlexanderSang bunda pun kembali dan mengajak untuk tinggal kembali bersamanya dengan menawarkan berbagai janji. Tetapi ternyata ajakannya tak seindah janjinya. Suatu hari di rumahnya, Louis merasa lapar amat sangat, dan bertanya kepada ibunya untuk makan. Tetapi ternyata ibunya justru menyuruh Louis untuk meminta kepada suami barunya. Ternyata permintaan Louis pun tak ditanggapi oleh ayah tirinya. Louis merasa sangat marah, ia merasa tetap tak diurus juga oleh ibunya. Ketika Louis marah, ayah tirinya pun marah sehingga mereka bertengkar. Hasilnya, tangan ibunya tergores oleh pisau akibat melerai antara Louis dan ayah tirinya.

Ketika Louis datang ke kamar kakaknya dengan keadaan lemas dan pucat pasi, kakaknya sangat marah kepada ibu mereka. "Mama sudah berkalungkan emas, pakai cincin emas, gelang emas... Kasih makan anak sendiri aja susah banget. Sini, kalo gak bisa urus adek gw biar gw yang urus!" ujar kakak Louis kepada ibu mereka. Mereka pun pergi dari rumah itu.

Di tengah kesendiriannya, Louis hanya bisa meratapi hidupnya yang kelam. Louis pun menghujat Tuhan. "Dengan rokok di tangan saya, saya bilang - Gak ada. Bohong. Kalo Tuhan ada, kenapa gw jadi kayak gini? Kenapa gw merasa terbuang dari keluarga? Merasa gak bisa ngapa-ngapain. Merasa yang namanya penolakan dari keluarga. Lebih baik gw mati!"

Dalam keadaan lemas sambil mengeluh, Louis mendengar suara lembut yang berbicara, "Anakku, hubungi sahabatmu Marvin." Dan itu terdengar sangat kencang. Louis pun segera menghubungi sahabatnya, Marvin.

Malam itu Louis pergi ke rumah sahabatnya yang bernama Marvin. Disana, ia bertemu dengan Daniel Alexander. Louis pun menceritakan semua penderitaan yang dialaminya. Daniel Alexander mendengarkan semua perkataan Louis dan menyembuhkan luka batin Louis. Sampai tiba-tiba Daniel jongkok dan membasuh kaki Louis dan meminta maaf kepada Louis sebagai ayah dari Louis.

Hendra Louis AlexanderIa membasuhnya sambil berkata, "Ampuni papa, jika selama 21 tahun papa meninggalkan kamu. Ampuni papa, nak. Seharusnya sewaktu kamu lagi sakit, papa menemani kamu. Ampuni papa, nak. Seharusnya hari pertama kamu ke sekolah, papa yang menemani kamu ke sekolah." Dan itu membuat lemas sekali, dengkulnya terasa lemas. "Entah mengapa, wajah papi Daniel terganti dengan wajah ayah kandung saya. Saya berteriak, ‘Kenapa papa tega ninggalin kami? Kenapa papa tega? Papa gak sayang ya sama kami?'" Daniel langsung memeluk Louis, dan sewaktu Daniel memeluk Louis, Louis merasakan ada pelukan dari seorang bapa. "Jangan pernah tinggalin kami, kami perlu seorang bapa," isak Louis. Louis mendengar suara bagaikan seorang bapa yang berkata kepadanya, "Kamu gak pernah sendirian, Aku selalu ada bersama kamu, Aku tidak akan pernah meninggalkan kamu."

Semenjak itu, Louis semakin mengerti bahwa ternyata Tuhan itu ada, ternyata Tuhan Yesus itu ada dan Tuhan Yesus tidak pernah meninggalkannya. "Papa yang baik itu tidak pernah meninggalkan saya," ujar Louis.

Sejak peristiwa itu, perubahan terjadi dalam hidup Louis. Ia pun menemui keluarganya dan melupakan semua kenangan yang kelam dengan mengampuni setiap orang yang telah menyakitinya. "Ternyata berdiri sebagai seorang pria sejati bukan ketika ia sukses dengan semua cita-citanya dia, tetapi sewaktu dia bisa mengampuni orang-orang yang pernah menyakiti dia. Dia sudah berdiri sebagai seorang pria sejati. Saya bisa sampai di titik ini karena saya yakin, saya sudah bisa sampai di titik pengampunan itu. Itu sebuah langkah untuk bisa menuju kepada sesuatu yang besar. Sulit memang untuk melakukan itu, tetapi Bapa di Surga bantu untuk saya bisa melakukan pengampunan itu. Dan hasilnya, saya bisa berdiri sebagaimana saya ada sekarang. Semua karena kasih Tuhan Yesus Kristus. Ia Seorang Pesulap yang luar biasa. Ia membuat hidup saya berbeda 180 derajat. Dalam hitungan detik," kisah Louis. (Kisah ini ditayangkan 17 Desember 2009 dalam acara Solusi Life di O'Channel).

Sumber Kesaksian:
Hendra Louis Alexander

Hendra Louis Alexander


Halaman :
1

Ikuti Kami