Masalah seringkali datang menyelinap ketika kita mulai berpikir, "Apakah cintaku padanya lebih besar daripada cintanya padaku?" Kita pun mulai menghitung segala pengorbanan, waktu dan energi yang telah kita habiskan untuk mengekspresikan cinta kita kepada pasangan kita. Lalu tanpa disadari, kita mulai membandingkan cinta yang telah diberikan pasangan bagi kita. Jika ternyata ada perbedaan ‘kadar' cinta di sana, seringkali kita mulai menjauh dan mengurangi rasa cinta kita terhadap pasangan karena takut dipermainkan dan terluka lebih dalam.
Inilah sebuah kebohongan yang seringkali digembar-gemborkan oleh dunia ini, bahwa cinta itu harus berbalas setimpal. Lebih baik menyakiti daripada disakiti. Jangan pernah tinggal diam ketika disakiti, balaslah kembali. Demikian pula halnya dalam hal cinta. Kadar cinta yang kita berikan pun seringkali diukur berdasarkan besarnya kadar cinta pasangan terhadap diri kita. Namun apakah seperti itu seharusnya?
Tidak ada manusia yang sempurna, demikian juga tidak ada pasangan yang sempurna. Tidak ada cinta sempurna yang dilahirkan oleh pribadi yang belum sempurna. Oleh karena itu jangan pernah menuntut pasangan untuk memberikan cinta dan perhatian seperti apa yang kita inginkan. Karena tanpa kita sadari, terkadang justru kitalah yang tak dapat membaca dan mengerti bahasa cinta yang berusaha ditunjukkan oleh pasangan kita.
Apakah cinta dan kasih sayang itu harus ditunjukkan dengan perbuatan? Tentu saja jawabannya adalah "Ya!!". Lalu bagaimana dengan suami yang tidak tahu bagaimana mengekspresikan cinta bagi pasangannya? Katakanlah seorang suami yang plegmatis dan terkesan cuek. Apakah suami ini tidak mencintai istrinya dengan sikapnya yang cuek itu? Jangan salah, justru dari para suami tipe inilah kesetiaan, kejujuran dan pengorbanan total itu dapat Anda terima. Dan suami tipe ini begitu membutuhkan Anda sebagai istrinya untuk membimbing dirinya belajar mengekspresikan cinta. Mereka bukannya tidak mencintai Anda, bukan pula tidak mau mengekspresikannya, mereka hanya tidak tahu caranya.
Bahasa cinta bukanlah bahasa universal yang dapat diekspresikan setiap orang di dunia ini dengan cara yang sama. Seorang istri seringkali mengeluh, merasa suaminya tidak berguna karena sang istri sering merasa diabaikan suaminya. Bagaimana tidak, suaminya lebih sering memilih untuk membaca buku, bergulat di depan laptop daripada bercengkerama dengan sang istri. Namun ketika istrinya melahirkan, tak sedetik pun ia beranjak dari sisi istrinya sampai anak mereka lahir. Sang suami ternyata mencintai istrinya lebih dari apa yang dapat dibayangkan oleh istrinya sendiri. Namun seringkali ia tak tahu bagaimana mengungkapkannya dengan jelas di hadapan istrinya. Dan apa yang tampak oleh istrinya hanyalah seorang pria yang terus-menerus bergelut dengan buku dan laptop.
Komunikasi adalah kata kunci yang paling mendasar untuk membangun keintiman yang semakin mendalam antara suami dan istri. Melalui komunikasil yang sehatlah seorang suami dapat mengetahui dengan jelas apa yang sebenarnya menjadi kerinduan hati istrinya, dan sang istri dapat menyelami cara berpikir sang suami yang sebelumnya dinilai sangat tidak peka dan tidak berperasaan. Bangunlah komunikasi yang sehat di antara Anda berdua dan Anda pun dapat memahami bahasa cinta pasangan Anda dengan lebih baik lagi.
Sumber : Jawaban.Com / LEP