Berbekal kreativitas, Dwita Siregar (42) pun menggabungkan seni kerajinan tangan dari Jepang, Oshie, dan kertas buatan tangan dari pohon mulberry yang disebut Washi. Jadilah kerajinan Oshie Washi karya Dwita.
Bagi orang yang masih asing dengan kerajinan Oshie, kerajinan ini lahir dari jiwa ekonomis orang Jepang yang tidak mau membuang sisa-sisa kain kimono. Sisa-sisa tersebut dikumpulkan dan dipakai untuk melapis pola gambar yang sudah ditempel dengan busa tipis. Melalui kreasi ini dihasilkanlah gambar dua dimensi yang kelihatan hidup. Gambar tersebut dijadikan hiasan dinding bernuansa Jepang.
Di Indonesia sendiri Oshie lebih dikenal denan nama Kurumie. Oshie versi Dwita adalah Oshie yang dibuat dari kertas Washi Yuzen dan Washi Chirimen. Chirimen sendiri adalah kertas Washi berkerut yang memiliki daya lentur tinggi. Kelenturannya membuat kesan baju pada Oshie tampak benar-benar terbuat dari kain.
"Kata Washi pada kerajinan Oshie Washi sengaja saya tambahkan karena kerajinan Oshie yang saya buat pada umumnya memakai kertas Washi," ujar Dwita menerangkan kerajinan tangan yang dibuatnya.
Hasil kerajinan tangan ini di tangan Dwita telah menjadi pigura foto, tempat pensil, tempat foto lipat, pembatas buku, kotak kado kecil, buku notes kecil, kartu ucapan hingga boneka Washi.
Bermodalkan Rp 300 ribu, Dwita mulai menekuni kerajinan tangan ini di tahun 1996. Banyak membaca buku membuat Dwita semakin kreatif termasuk dalam hal memilih material bahan. Ibu tiga putri ini mulai mencoba kerajinan tangan ini karena terpikat dengan keindahan kertas Washi dari Jepang. Dan ternyata, Dwita mampu mengembangkannya dengan sangat kreatif sampai membuka kursus bagi mereka yang berminat terhadap kerajinan tangan ini.
Dwita meyakini tidak diperlukan bahan yang mahal untuk membuat hasil yang indah. Untuk bahan kursus sendiri, Dwita kerap kali hanya menggunakan benda bekas yang bisa dibungkus dengan kertas Washi, seperti gulungan tisu kamar mandi diubahnya menjadi tempat pensil meja yang indah.
Dwita juga mahir membuat boneka mini dari Washi, Boneka kecil berukuran 8-10 cm ini disebut Washi Doll. Boneka Washi berukuran 30 cm pun coba dirambahnya dan diberi nama Temari Doll.
Karya-karya Dwita dapat Anda temukan di Japan Home Center Mal Artha Gading dan Japan Home Center Supermal Karawaci. Galerinya sendiri ada di Jl. Saleh, Gg. Mulya III No. 97, Cirebon, Jawa Barat. Galeri seni kerajinan tangan Dwita diberi nama "with hands and heart". Anda juga bisa mengunjungi websitenya di http://www.withhandsandheart.biz.ly/. Sejalan dengan nama galeri dan websitenya, tema itulah yang menjadi kunci dari usaha Dwita selama 13 tahun terakhir ini, bekerja dengan hati.
Keunikan dari hasil karya Dwita adalah setiap produknya memiliki keunikan tersendiri. Tidak ada satu pun yang persis sama. Seseorang bisa saja memesan gambar yang sama, tapi kombinasi warna kertas, dekorasi dan pigura pasti berbeda. Harganya pun lebih murah dan pastinya memiliki nilai lebih dari buatan pabrik. "Saya hanya menginginkan agar setiap orang dapat memiliki sesuatu yang spesial," ujar anggota jemaat GKI Pengampon, Cirebon ini.
Dwita saat ini telah memiliki 4 orang asisten dan telah membuka galeri di Cirebon dan Balikpapan. Penghasilannya sendiri tidak kurang dari Rp 2,5 juta sebulan. Apalagi jika ada pameran, maka omzetnya bisa mencapai Rp 17 juta.
Kursus kerajinan yang dibukanya pun menawarkan harga yang murah meriah, mulai dari Rp 10 ribu hingga Rp 125 ribu. Harga kursus tergantung dari tingkat kesulitan materinya. Kepuasan batin tersendiri bagi Dwita jika ia dapat membagikan ilmu yang dimilikinya kepada orang lain.
Bekerja dengan hati, sepertinya hal itu harus menjadi kunci dari setiap kita dalam melakukan apapun yang menjadi pekerjaan kita.
Sumber : ebahana