Perilaku sexting dengan berbagi foto, video dan chatting seksual melalui ponsel atau online sepertinya sudah lazim di kalangan muda. Padahal memiliki konsekuensi yang buruk bagi yang melakukan. Fakta menunjukan bahwa lebih dari seperempat orang muda telah terlibat dalam sexting dalam beberapa bentuk, menurut jajak pendapat Associated Press-MTV.
"Ada faktor khusus yang dirasakan oleh anak-anak muda," kata Kathleen Bogle, profesor sosiologi di La Salle University di Philadelphia dan penulis buku Hooking Up: Sex, Dating dan Relationship on Campus.
"Itu bagian dari alasan mengapa tingkat kecelakaan mobil tinggi dan hal-hal seperti itu, jika mereka berpikir tidak akan pernah terjadi," kata Bogle.
Penelitian menunjukkan otak remaja belum cukup matang untuk membuat keputusan yang baik secara konsisten. Pada pertengahan remaja, otak pusat bagian yang terlibat dalam gairah emosional, telah berkembang dengan baik, sehingga remaja lebih rentan terhadap tekanan teman sebaya.
Tetapi korteks frontal otak tidak berkembang sampai 20-an, di mana berfungsi menghubungkan penalaran dengan emosi, mempermudah orang untuk menimbang konsekuensi.
Orang muda juga memiliki pandangan yang jauh berbeda menyangkut foto seksual yang mungkin dapat diposting online, kata Bogle. Mereka tidak berpikir foto-foto itu mungkin akan dinilai oleh pemberi kerja atau saat masuk perguruan tinggi.
"Kadang-kadang mereka menganggapnya sebagai lelucon, mereka tertawa tentang hal itu," kata Bogle.
"Dalam beberapa kasus, hal itu dilihat sebagai godaan. Mereka menganggap sepele, dan tidak memikirkan akibatnya. Mereka juga tidak memikirkan skenario terburuk yang mungkin orang tua akan khawatir,".
Para orang tua harus selalu waspada dalam menjaga anak-anak mereka supaya tidak terjerumus dalam perilaku ini, kalau tidak generasi penerus kita dalam bahaya.
Sumber : inilah.com