Pada hari-hari ini mungkin tidak mudah untuk bersukacita, berdoa dan bersyukur. Keadaan dunia yang semakin hari semakin sulit. Berbagai permasalahan tidak henti-hentinya datang, dan membuat kehidupan rasanya berat. Namun ditengah keadaan dunia yang seperti itu, orang percaya ditantang untuk menjadi pribadi yang berbeda.
"Akal sehat berkata, dalam menghadapi dunia saat ini, sukacita adalah sesuatu yang naif," demikian ungkap Dr. Margaret Aymer seorang teolog presbyterian dalam pertemuan kelompok ekumenis pada Selasa lalu.
"Akal sehat akan berkata, dalam menghadapi dunia saat ini, doa adalah tidak efektif. Mengucap syukur adalah tanda ketidakberdayaan. Namun sebagai anak-anak Allah yang hidup, ditebus oleh Kristus dan diilhami oleh Roh Kudus, kita tidak dipanggil sebagai orang yang mempergunakan akal sehat. Kita dipanggil untuk menjadi orang-orang yang luar biasa. Dan sebagai orang-orang yang luar biasa, Paulus berkata kita harus : bersukacita, berdoa, dan bersyukur."
Hal ini disampaikan Dr. Aymer saat membuka sidang tahunan Dewan Nasional Gereja-gereja Amerika di Minneapolis. Tema pertemuan tersebut adalah, "Bersukacitalah selalu, berdoalah senantiasa, bersyukurlah dalam segala keadaan."
Dr. Aymer menanggapi keadaan saat ini dimana 40 juta orang mengindap HIV/AIDS, setiap tahun ada 350-500 kasus malaria, dan ada satu juta kematian; 1,8 juta anak meninggal karena diare tiap tahun dan 2,2 juta anak meninggal karena tidak di imunisasi, dia menjelaskan bahwa "sukacita" tidak terletak pada kemampuan manusia mengubah kesedihan masa kini, tetapi dalam menaruh pengharapan kepada Kristus yang memegang masa depan.
Umat percaya memang tidak hidup dengan akal seharusnya, karena akal sehat hanya melihat fakta yang ada dan sering kali tidak bisa melihat pengharapan. Iman adalah bahan bakar agar orang percaya bisa tetap bersukacita, berdoa dan bersyukur dalam segala keadaan. Sebuah pesan yang sangat meneguhkan iman.
Sumber : Christian Post