Terpanggil Untuk Bertindak

Kata Alkitab / 6 November 2009

Kalangan Sendiri

Terpanggil Untuk Bertindak

Budhi Marpaung Official Writer
5042

"Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu."(Matius 25:21)

Seringkali banyak orang yang berpikiran sempit menilai apa arti baik itu. Mereka hanya mengira bahwa baik itu berarti tidak jahat. Namun benarkah seperti itu? Bila ukuran itu yang dipakai oleh kita maka kita akan terperangkap dalam kesalahan yang terus menerus. Untuk lebih memahami hal ini, saya akan memberi sebuah ilustrasi.

Seorang ibu yang hendak bepergian keluar rumah menasihati anaknya yang masih kecil. Ia berkata kepadanya, "Nak, berlakulah yang baik selama Ibu pergi." Si anak mengangguk tanda mengerti dan ibu pun itu pergi. Selama di rumah, pria kecil tersebut hanyalah duduk di depan televisi menonton program-program seusianya. Beberapa jam kemudian, ibunya pun kembali. Si ibu menanyakan kepada si anak hal yang dinasihatinya, "Nak, apakah kamu telah berlaku baik?" dengan sigap si anak menjawab, "Ya bu, saya telah berlaku baik."

Sebenarnya kedua orang yang diceritakan dalam ilustrasi tersebut tidak mengerti antara baik dan tidak jahat. Si ibu berpikir dengan tidak memecahkan jendela atau menarik ekor kucing, dia sudah mengira si anak sudah berlaku baik. Lain lagi dengan pikiran si anak, ia menterjemahkan perkataan ibunya seperti ini: duduk manis di rumah, tidak mengerjakan apa-apa; itu semua baginya adalah berlaku baik. Pikiran dari ibu dan anak ini bukan berarti salah, tetap benar tetapi masih sempit.

Tidak ada seorang baik hanya berdasarkan apa yang tidak dilakukannya. Ada perbedaan besar antara baik dan tidak jahat. Panggilan Kristus untuk penyerahan diri adalah panggilan untuk menjalani hidup yang penuh kebaikan. Kita harus mempergunakan sebaik mungkin segala kemungkinan, kesempatan, dan kepercayaan yang diberikan kepada kita. Sekedar tidak berbuat jahat belum cukup. Yesus memanggil kita untuk berbuat baik dalam pengertian yang aktif. Ia memanggil kita untuk bertindak.

Perumpamaan tentang seorang kaya yang merencanakan untuk melakukan perjalanan jauh ke luar negeri (Matius 25:14-30) adalah cara yang Yesus lakukan untuk mengajar murid-muridnya mengenai bertindak. Diceritakan disana ada seorang kaya yang hendak bepergian jauh. Ia pun memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan miliknya kepada mereka. Kepada yang seorang ia memberikan lima talenta, kepada yang lain ia memberikan dua talenta, dan kepada yang lain ia memberikan satu talenta. Satu talenta adalah sejumlah uang yang besar, yang sebanding dengan upah pekerja selama setahun. Ia menyuruh hamba-hambanya itu untuk menjalankan kekayaannya untuk memperoleh laba salama ia pergi.

Seperti yang kita tahu dari kisah ini, tidak semua hamba menjalankan apa yang tuannya suruh. Hamba yang diberikan lima talenta dan dua talenta menjalankan apa yang disuruh tuannya, sedangkan hambanya yang diberi satu talenta tidak melakukan apa-apa. Ia menyembunyikan satu talenta itu dengan pikiran agar uang tersebut tetap aman sampai tuannya kembali. Ketika tuannya kembali datang dan menagih apa yang telah diperintahkannya, hamba-hambanya ini pun memberikan laporan dan menyerahkan talenta mereka. Dimulai dari hamba lima talenta, lalu dua talenta, dan terakhir satu talenta. Ketika hamba satu talenta melaporkan apa yang dilakukannya, sang tuan pun marah. Ia pun menyuruh hamba-hamba lain mengambil talenta itu dari hamba satu talenta dan memberikannya kepada hamba yang mempunyai sepuluh talenta.

Tuan dari hamba-hamba itu berkata kepada si hamba yang diberi satu talenta, "campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Disanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi" (Matius 25:30). Perhatikan tiga kata yang dipakai Yesus untuk menggambarkan hamba itu. Ia menyebutnya jahat, malas, dan tidak berguna.

Tidak melakukan apa-apa bukanlah hal yang baik di mata Tuhan. Bagi-Nya, orang-orang yang seperti itu adalah sama dengan mereka yang tidak mau bekerja lebih keras, pemalas, dan acuh tak acuh, tetapi mengharapkan pujian ketika Ia kembali. Tuhan tidak suka dengan sikap seperti ini.

Kita tidak boleh berdiam diri saja selama di dunia ini, ada tugas yang Ia berikan untuk diselesaikan selama kita masih di dunia ini. Jangan sia-siakan kesempatan dan talenta yang sudah Tuhan berikan karena ketika tiba masanya nanti semua yang seharusnya kita jalani di dunia ini tidak bisa kita lakukan.

Hari-hari ini adalah masa anugerah, mari kita sebagai umat Allah bekerja giat di ladang-Nya membawa banyak jiwa bagi kemuliaan Tuhan Yesus Kristus melalui apa yang sudah Ia taruhkan dalam kehidupan kita masing-masing.

Sumber: Saduran buku Murid Sejati; Paul W.Powell; Penerbit Yayasan Kalam Hidup

Halaman :
1

Ikuti Kami