Sekitar 1 juta warga Ethiopia meninggal dunia akibat bencana kelaparan selama 25 tahun terakhir ini. Hasil ini dikeluarkan oleh sebuah laporan lembaga kemanusiaan Oxfam. Kondisi kelaparan ini akibat kekeringan berkepanjangan dan musim hujan yang tak menentu. Mereka menyerukan sebuah pendekatan baru untuk mengatasi bencana di negeri itu. Mengimpor makanan ke Ethiopia hanya akan menyelamatkan warganya untuk sementara waktu namun tidak membantu masyarakat untuk mempersiapkan diri menghadapi bencana selanjutnya.
Direktur International Oxam, Penny Lawrence, menjelaskan alasannya. "Kekeringan tak berarti harus selalu kelaparan dan kemiskinan. Jika masyrakat mengembangkan irigasi pertanian, lumbung pangan dan sumur-sumur penampungan air hujan, maka mereka akan selamat meskipun bencana besar datang menghantam mereka." Karena itulah Oxam mendorong para negara-negara donor internasional mengadopsi sebuah pendekatan baru yang fokusnya adalah mempersiapkan masyarakat untuk menghindari dan mengatasi bencana.
Pemerintah Ethiopia sendiri tampaknya akan segera meminta bantuan pangan internasional untuk 6,2 juta rakyatnya. Ethiopia menderta krisis pangan hebat setelah kekeringan yang diikuti gagal panen selama empat tahun, diperparah dengan konflik bersenjata, perubahan iklim dan pertambahan penduduk. Para petani di Ethiopia selatan sangat menderita akibat kekeringan ini dan bersiap untuk menghadapi gagal panen secara besar-besaran. Beberapa petani malah sudah merencanakan untuk menjual ternak mereka yang justru akan semakin memperburuk masa depan kehidupan mereka.
Apa yang dihadapi oleh Ethiopia bukanlah masalah kelaparan biasa, namun telah menjadi masalah dunia yang begitu kompleks. Karena kelaparan yang dialami oleh negara ini berlangsung hampir secara terus-menerus selama seperempat abad terakhir. Alam memang bukan sesuatu yang dapat kita lawan, namun manusia diberikan kelebihan hikmat untuk mengelolanya dengan baik. Banyak hal yang harus dipikirkan dengan lebih serius untuk menyelamatkan negara ini dari bencana kelaparan yang melandanya.
Sumber : bbc