Pria ingin sekali menyenangkan istrinya. Itu adalah sebuah kebenaran. Mereka akan melakukan apa pun untuk membuat istri mereka bahagia. Tetapi sayangnya, banyak pria menyerah ketika mereka sampai pada suatu kesimpulan bahwa tidak mungkin bagi mereka untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan istri mereka. Sekeras apapun mereka berusaha, pasti ada sebuah kesalahan yang justru menghancurkan maksud baik mereka. Jadi, buat apa terus mencoba? Pria ingin memenangkan hati istrinya, tetapi kerap kali usaha mereka sepertinya hanya memperburuk keadaan. Banyak pria menyerah terhadap sikap istrinya yang suka mengomel dan gampang marah. Jika seorang suami bertanya apa yang salah, ia malah menjadi sasaran dari rasa frustrasi istrinya. Kemudian, keadaan semakin memburuk ketika sang istri terus mengomel, merengek, menyerang, mengeluh, dan mengkritik. Kebanyakan pria tidak tahu harus berbuat apa sehingga mereka menyerang balik atau justru mundur. Kedua strategi ini cenderung memperburuk relasi.
Sulit bagi para pria untuk memahami wanita pada titik ini, tetapi terkadang wanita tidak menyadari betapa mereka bisa sangat negatif. Wanita mungkin tidak melakukannya dengan sengaja. Bisa saja wanita begitu merasa frustrasi karena pria sepertinya tidak mengerti. Akan tetapi apapun alasannya, sikap yang negatif justru membuat pria menjauh. Alasan utama pria meminta cerai adalah karena mereka merasa istrinya suka mengkritik dan mereka merasa tidak sanggup menyenangkan hati sang istri. Hal ini berkaitan dengan keluhan utama istri mereka, yaitu suami mereka tidak mendengarkan dan tidak menganggapnya serius. Karena itu pria harus belajar untuk mendengarkan dengan lebih baik, dan wanita perlu belajar untuk tidak terlalu mengkritik.
Pria dan wanita menangani sesuatu yang negatif secara berbeda. Wanita suka menceritakan sesuatu secara terus-menerus. Membicarakan masalah yang negatif membuat wanita merasa lebih baik. Apa yang dilihat sang suami sebagai kritik kerap kali semata-mata adalah perkataan istrinya. Cara sang istri yang menurutnya paling sehat untuk menyelesaikan masalah justru disalahpahami oleh suaminya.
Namun, halangan dalam bahasa mempunyai dua sisi; wanita juga perlu memahami pria. Membicarakan masalah yang negatif membuat pria merasa lebih buruk, tidak nyaman dan kewalahan. Pria berusaha sebisa mungkin untuk menghindari percakapan tentang masalah-masalah ini; karena itu mereka banyak menggunakan tindakan ‘menghapus'. Ketika seorang istri kedengarannya sangat mengkritik, seorang pria biasanya merasa dirinya gagal dan dijatuhkan. Ia menanggapi hal ini dengan kuat walaupun ia mungkin tidak memperlihatkannya di permukaan. Ia merasa frustrasi, jengkel terhadap dirinya sendiri, dan terhina oleh ‘acungan telunjuk' istrinya. Hal ini hanya mengingatkannya bahwa dirinya adalah ‘suami yang buruk, tidak bisa melakukan sesuatu dengan benar dan bahkan tidak bisa membahagiakan istrinya'. Pria mungkin berkata dengan marah untuk membela diri, atau kerap kali ia mundur dengan rasa malu dan diam. Respon seperti itu justru membuat istrinya merasa diabaikan dan tidak nyaman, sehingga ia mendakwa sang suami sebagai seorang yang tidak mau berdiskusi. Tidak tahu bagaimana menanggapi tuduhan istrinya, sang suami kemudian justru mundur lebih jauh.
Kritik dapat melukai suami lebih cepat dan lebih dalam daripada hal lain. Hal ini mendorongnya lebih jauh masuk ke dalam pekerjaan, hobi, kecanduan, dan lebih dalam ke dirinya sendiri. Kadang-kadang bahkan ia jatuh ke pelukan wanita lain. Seorang wanita jarang menyadari betapa berpengaruh dirinya terhadap emosi suaminya. Ia dapat menguatkan atau menghancurkan pria dengan satu kalimat.
Pria punya potensi pengaruh yang sama terhadap istrinya. Kritik, bahkan jika diucapkan dengan gurauan atau sambil lalu, dapat menjadi senjata yang mematikan. Kritik dapat membunuh motivasi, antusiasme, kepercayaan diri, sukacita, mimpi, harapan dan semangat yang dimiliki pasangannya. Namun pria mudah melihat kritik sebagai penolakan; kritik hanya memperkuat keyakinannya bahwa ia tidak dapat membuat istrinya bahagia. Kritik dan keluhan biasanya tidak memotivasi pria untuk mengubah perilakunya menjadi lebih baik. Hal paling baik yang bisa dilakukan adalah dorongan semangat dan pujian. Permintaan yang positif hampir selalu mendapatkan respon yang baik daripada komentar yang negatif. Mungkin ini sebabnya Raja Salomo menulis, "Lebih baik tinggal pada sotoh rumah dari pada diam serumah dengan perempuan yang suka bertengkar" (Amsal 21:9). Hal yang sama juga dapat dikatakan untuk suami yang suka mengeluh.
Baik suami maupun istri pernah melontarkan komentar negatif, tetapi pujian yang positif dapat memberikan kompensasi. Pujian yang tulus dapat menyatukan, memberikan kepuasan hidup, memperkaya pernikahan. Pujian yang baik dapat menceriakan hari dan membuat orang merasa senang. Pujian yang baik dapat memompa semangat, memberikan energi, dan menghibur pasangan. Obat bagi kritik dan keluhan adalah pujian. Jika Anda tidak dapat memikirkan pujian yang bisa Anda berikan bagi pasangan Anda, bisa jadi Anda sudah jauh terjebak dalam sikap negatif Anda sendiri. Memberikan pujian adalah ketrampilan yang perlu dipraktekkan; semakin sering Anda mempraktekkannya, Anda semakin bisa memberikan pujian yang baik.
Setiap hari sepasang suami istri sebaiknya secara aktif mencari kesempatan untuk saling memuji. Semakin sering mereka saling memuji, semakin banyak hal baik yang terjadi. Memang terkadang pria bodoh. Mereka lupa, malas atau menjadi bingung bagaimana memuji istrinya. Mereka mencintai istrinya, tetapi tidak bisa mengkomunikasikan hal itu sejelas dan sekonsisten mungkin. Bagi Anda para pria, pujilah istri Anda dalam 4 wilayah ini: penampilan, tindakan, sikap dan sifat. Memuji pasangan pada 3 wilayah pertama biasanya mudah, tetapi memuji sifat pasangan cenderung butuh pemikiran lebih dalam. Namun pujian di wilayah itu juga yang memiliki pengaruh paling kuat. Mengatakan kepada istri Anda betapa ia baik, sabar dan murah hati akan membuat hatinya hangat, yang mana kemudian akan membuat istri Anda menjadi lebih baik, sabar, dan murah hati. Pada akhirnya, Anda para suamilah yang paling diuntungkan dari adanya sifat-sifat itu.
Kritik itu membunuh. Pujian itu membawa kehidupan. Pernikahan yang sehat memberikan oase yang positif di padang gurun kenegatifan. Pujian itu membantu dengan memberikan masing-masing pasangan dua karunia yang luar biasa:
1. Keamanan yang luar biasa. Tak ada perasaan terancam, tak ada penghakiman, dan tak ada hal yang membuat pasangan Anda merasa tidak nyaman. Mendorong pasangan Anda untuk menjadi sangat rileks karena kehadiran Anda, sehingga ia merasa cukup aman untuk membagikan rasa sakit yang paling dalam dan impian yang paling tinggi.
2. Anggapan positif yang tak bersyarat. Berkomitmen pada diri Anda sendiri untuk mempercayai hal yang paling baik dari pasangan Anda tanpa memandangnya secara negatif atau mencari-cari kesalahan. Anda justru melihatnya secara positif dan mencari dengan tekad yang penuh semangat untuk hal apa pun yang baik.
Ketika dua karunia ini diberikan setiap hari, sebuah relasi dapat bertumbuh dan cinta dapat berkembang. Obat untuk kritik sudah ditemukan, dan hal yang negatif dihalau keluar dengan melontarkan pujian pada pasangan Anda.
Sumber : Dr. Steve Stephens – Lost In Translation