Menurut kesaksian orang-orang di sekitarnya, kelakuan Ghani sangat buruk. Mencopet, judi, mabuk, segala hal yang meresahkan warga sekitarlah yang selalu dilakukan oleh Ghani.
Pada suatu kali, Ghani berniat menjual gitarnya dan gitar ini dipinjam oleh preman-preman terminal Blok M untuk teman minum. Setelah dipakai sampai rusak, gitar Ghani dibiarkan begitu saja. Ghani pun merasa tersinggung. Pertengkaran dengan para preman pun tak dapat dihindarkan. Namun dengan berani Ghani memukul para preman itu dengan gitarnya. Sejak saat itulah dirinya mulai dikenal di lingkungan itu sebagai orang yang suka berkelahi. Dengan para pembeli pun Ghani tidak segan-segan mengajak berkelahi.
Pergaulan Ghani tidak hanya menjadikannya seorang pemabuk. Ghani bahkan bergabung dengan sekelompok pencopet yang dinamai pasukan air. Ghani sering mengajak teman-temannya beraksi di bis Mayasari bakti nomor 57 jurusan Pulo Gadung dan menjalankan aksi mereka di sana. Sering juga mereka mencopet di terminal, kaki lima Melawai dan berbagai tempat yang lain.
Bertahun-tahun Ghani menjadi seorang pencopet. Sampai suatu ketika kelompoknya menjadi target operasi polisi. Ghani pun memutuskan pulang ke Medan karena takut tertembak polisi. Empat bulan di Medan, Ghani kembali ke Jakarta. Namun Ghani tidak berani lagi menjalankan aksinya di Jakarta. Ia merambah daerah operasinya ke Bandung, mencopet di wilayah Dalem Kawung, bahkan sampai dikeroyok massa karena Ghani membela seorang teman pencopet yang tertangkap massa. Temannya dapat melarikan diri, namun Ghani menjadi sasaran amukan massa karena dianggap sebagai kawanan pencopet yang tertangkap basah. Saat itu Ghani dapat dikatakan sudah setengah mati akibat luka-luka yang dideritanya.
Dalam keadaan babak belur penuh luka, Ghani kembali ke Jakarta dan tak seorangpun yang dapat mengenalinya akibat luka yang dideritanya. Sejak saat itu Ghani mulai berhenti dan tidak mau mencuri lagi.
Ghani berhenti mencopet dan ia menikahi seorang wanita bernama Yuyun. Namun kebiasaan Ghani mabuk-mabukan membuat keluarganya tidak harmonis. Setiap hari Ghani harus menenggak minuman keras dan setiap hari pula ia baru pulang dini hari. Komunikasi dengan Yuyun pun tidak dapat berjalan dengan baik. Ghani bersikap tidak perduli terhadap anak dan istrinya. Kata-kata cerai senantiasa terlontar dari mulut Ghani. Sikap kasar dan semena-mena sering diterima Yuyun dari Ghani.
Masalah datang silih berganti dalam keluarga Ghani. Adik angkatnya mengalami sakit yang cukup parah. Dari hasil pemeriksaan rumah sakit, tidak ditemukan penyakit pada adik angkatnya tersebut namun tampak jelas kalau adiknya kesakitan di sekujur kakinya. Ghani mengalami tekanan hidup yang berat dimana ia harus mencukupi kebutuhan keluarganya. Dia pun mempunyai tanggung jawab untuk pengobatan adiknya.
Di tengah himpitan hidupnya, Ghani berserah kepada Tuhan. Dan Ghani berjanji jika Tuhan menyembuhkan adiknya, maka ia akan berhenti dari semua kejahatannya. Pada akhirnya Ghani mengajak adiknya untuk pergi ke gereja dengan keyakinan bahwa adiknya pasti akan sembuh. Karena Ghani yakin bukan manusia ataupun obat yang menyembuhkan, namun Tuhan. Ghani terus berdoa agar adiknya disembuhkan Tuhan. Satu minggu kemudian, apa yang didoakan Ghani didengarkan oleh Tuhan. Dan Ghani menepati janjinya untuk setia kepada Tuhan. Sakit pada kaki adiknya tiba-tiba saja sudah hilang.
Sejak kesembuhan adiknya, Ghani berubah total. Kehidupannya saat ini dipenuhi sukacita. Keluarganya yang dulu di ambang kehancuran, saat ini penuh dengan damai. Ghani juga sering ke gereja dan mengikuti persekutuan. Sikap Ghani pun menjadi lembut, tidak mabuk-mabukan lagi dan berhenti merokok. Ghani saat ini memiliki sebuah counter handphone di tempat yang dahulu menjadi aksi kejahatannya. Masyarakat sekitarnya pun mengakui perubahan Ghani. Ghani yang dulu mereka kenal sebagai pencopet dan pembuat onar, saat ini telah menjadi orang baik.
"Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan karena Yesus telah memulihkan kehidupan saya yang mana tadinya saya suka mabuk-mabukan, mencopet, namun oleh Tuhan Yesus hidup saya diubahkan, kehidupan keluarga saya diubahkan, saya lebih mempunya kasih kepada istri dan anak-anak," ujar Ghani menutup kesaksiannya dengan penuh ucapan syukur. (Kisah ini ditayangkan 20 Oktober 2009 dalam acara Solusi Life di O'Channel).
Sumber Kesaksian :Ghani Sumber : V091016143757