Obama Adalah Pintu Masuk Kaum Gay

Nasional / 18 October 2009

Kalangan Sendiri

Obama Adalah Pintu Masuk Kaum Gay

Tammy Official Writer
4483
Pidato Presiden AS Barack Obama minggu lalu di publik menjadikan "sangat jelas" bahwa Amerika sedang melihat ke depan untuk "sebuah era baru untuk hak-hak sipil bagi kaum LGBT," ujar salah satu ¬penyokong hak-hak kaum gay.

Hal ini terjadi dalam sebuah event yang diadakan oleh organisasi lesbian, gay, biseksual, dan transgender terbesar "menaruh garis besar yang sangat jelas bagi dunia untuk melihat: bahwa pemerintahan ini mempercayai dan akan bekerja untuk komunitas LGBT dan aliansinya untuk mencapai persamaan penuh di bawah hukum bagi kaum lesbian, gay, biseksual, dan transgender Amerika," ujar Mitchell Gold, pendiri dari organisasi non-relijius Faith in America.

"Kehadiran Presiden Obama dan kata-katanya merepresentasikan pemikirannya bahwa kaum LGBT adalah bagian normal dari masyarakat kita yang terpecah-pecah," tambahnya.

"Kita tidak bisa dan tidak akan mengesampingkan isu-isu dari persamaan dasar (basic equality, red), ujar Obama dalam Kampanye Hak Asasi Ke-13 National Dinner Tahunan. "Perjuangan ini terus berlanjut. Dan saya berada di sini dengan sebuah pesan sederhana: Saya berada disini berjuang bersama Anda." Ia mengatakan bahwa kaum LGBT adalah kawan-kawannya dan memastikan kepada mereka bahwa meskipun ada isu-isu yang menekan, termasuk permasalahan ekonomi, di mejanya ia tetap "teguh" dalam komitmennya kepada mereka.

Banyak orang yang mengatakan bahwa Obama adalah Presiden AS pertama yang mengekspresikan komitmen begitu kuat kepada kaum LGBT.

Dalam pidatonya juga, Obama mengatakan bahwa pemerintahannya "berjalan maju" dalam kebijakan "Don't Ask, Don't Tell," yang melaransg gay dan lesbian untuk melayani secara terbuka dalam angkatan militer. Ia berjanji untuk menandatangani hukum inclusive hate crimes bill, yang mana akan memperluas proteksi federal kepada kaum gay, lesbian, biseksual, dan transgender; mendorong Aksi Tenaga Kerja Non-Diskriminasi (Employment Non-Discrimination Act,red); dan menolak hukum federal Defense of Marriage Act.

Isu mengenai pernikahan disambut dengan penuh emosi dan applause dari kerumunan. Obama mencatat bahwa ketika mereka menengok kembali dalam tahun-tahun pemerintahannya, mereka akan "melihat sebuah masa dimana kita sebagai sebuah bangsa akhirnya akan mengakui hubungan-hubungan antara dua pria atau dua wanita sama nyatanya dan luarbiasanya sebagaimana hubungan-hubungan antara seorang pria dan seorang wanita."

Mendengar pernyataan Obama ini, kaum konservatif terkejut akan janji Obama dan menyatakan itu adalah "perubahan budaya radikal."

Evangelis dan teolog Baptist R. Albert Mohler Jr. Mengatakan bahwa kata-kata Obama "menggambarkan sebuah revolusi moral yang sangat jauh dari selama ini presiden-presiden sebelumnya pernah janjikan atau artikulasikan."

"Sangatlah tak memungkinkan untuk membayangkan sebuah janji yang paling mendebarkan karena begitu revolusionernya seperti ini - untuk menormalkan hubungan-hubungan sesama jenis begitu lebarnya hingga mereka dianggap sama luar-biasanya sebagaimana pernikahan heteroseksual," komentar sang presiden seminari.

Sebenarnya ada beberapa fakta mencengangkan antara kaum muda dan kaum tua Amerika. Studi menunjukkan bahwa generasi-generasi lebih muda menunjukkan dukungan daripada kaum tua Amerika untuk kaum LGBT. Untuk range usia 18-29 tahun, sekitar 58 persen mendukung pernikahan gay, dibandingkan 38 persen untuk usia 30-49 tahun dan 35 persen dari usia 50-64. Sebagai tambahan, generasi muda semakin lebih sedikit yang menyatakan bahwa perilaku homoseksual adalah salah dibandingkan dengan orang-orang yang lebih tua usianya.

Zaman memang sudah berubah. Apa yang dahulu dianggap secara moral bersalah, sejalannya waktu, apalagi ditambah aktifnya kaum gay membuka diri menjadikan budaya masyarakat baru terbentuk. Bayangkan jika hubungan sesama jenis disahkan bagi generasi masa depan kita? Anak-anak yang belum bisa memutuskan orientasinya akan menganggap bahwa hal itu adalah sesuatu yang benar sedari masa kecilnya. Padahal orientasi adalah sesuatu hal dasar yang bisa diputuskan semasa dewasa. Dan jika kita kembali ke dalam Firman Tuhan, Tuhan menciptakan pria dan wanita baik adanya untuk membangun pernikahan kudus. Dan itu adalah desain terbaik dalam kehidupan manusia yang Tuhan ciptakan.

Sumber : christianpost.com/Tmy
Halaman :
1

Ikuti Kami