Tetapi tampaknya meskipun itu bermaksud untuk kebaikan seluruh umat manusia, masing-masing Negara tentunya memiliki kepentingan sendiri dan kepentingan itu yang menyebabkan perkembangan dari forum ini mandek.
Beberapa negara yang mewakili negara berkembang yang tergabung dalam Kelompok 77 melakukan "walk-out" dari perundingan amandemen Protokol Kyoto dalam perundingan Bangkok Climate Change Talks 2009.
Tindakan walk-out merupakan bentuk frustasi dari negara berkembang terhadap sikap negara maju yang bermaksud "membunuh" proses pembahasan atas amandemen Protokol terkait dengan komitmen negara maju.
"Sikap negara berkembang ini merupakan puncak dari sikap mereka yang frustasi atas ketidaksungguhan negara maju untuk membahas komitmen penurunan emisi gas rumah kaca mereka. Indonesia sendiri dalam berbagai forum terus mendesak negara maju untuk secara serius membahas amandemen Protokol Kyoto," kata Ketua Pokja Pasca Kyoto-2012 DNPI yang juga Ketua Tim Perunding Delegasi RI, Tri Tharyat.
Negara-negara maju yang dimotori Uni Eropa, bersikukuh mengusulkan penghentian perundingan amandemen Protokol sampai tercapainya kesepakatan di bidang mitigasi dalam kerangka pembahasan dibawah Ad Hoc Working on Long-term Cooperative Action under the Convention (AWG-LCA). Mereka juga menuntut negara-negara berkembang, terutama China dan India, untuk terikat pada kewajiban penurunan emisi merupakan penyebab terjadinya dead lock. Tri melihat sikap negara maju ini sebagai kemunduran dan pengingkaran atas kewajiban mereka menurunkan emisi pada periode komitmen kedua (pasca 2012).
Kita doakan agar melalui forum internasional dapat menghasilkan keputusan yang terbaik untuk menanggulangi pemanasan global ataupun dikenal juga dengan climate change. Memang perlu semakin banyak program untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan perubahan iklim yang sedang terjadi.